ASPAKI: Nilai Pasar Industri Alat Kesehatan Capai Rp 60 Trilyun
Pangsa pasar industri alat kesehatan yang diproduksi dalam negeri masih berpeluang untuk melanjutkan pertumbuhan pada 2017. Dalam beberapa tahun sebelumnya, industri alat kesehatan di Indonesia mampu bertumbuh hingga 10% per tahun. Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Asosiasi Pengusaha Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI), nilai pasar alat kesehatan di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 60 trilyun hingga akhir 2016. Dari nilai pasar tersebut, pasar produk dalam negeri hanya mencapai sekitar Rp 14 trilyun.
"Itu artinya, produk alat kesehatan yang diproduksi dalam negeri harusnya bisa menggarap pasar yang lebih tinggi, jangan terlalu bergantung pada produk luar. Produk lokal kita juga nggak kalah kok dengan produk luar," ujar Sekretaris Jenderal ASPAKI Cristina Sandjaja, melalui siaran pers yang diterima GATRAnews.
Saat ini, alat kesehatan yang digunakan di Indonesia masih bergantung pada produk luar negeri. Nilai impor produk alat kesehatan masih mencapai 90% dari total penggunaan alat kesehatan di Indonesia. "Tingginya tingkat impor alat kesehatan ini memang menjadi salah satu problematika di dunia kesehatan di Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan upaya bersama antara pemerintah dan pelaku usaha guna mendorong inovasi alat kesehatan di dalam negeri," ungkap Cristina.
Cristina menambahkan, hambatan perkembangan alat kesehatan dalam negeri salah satunya dilatarbelakangi oleh minimnya tenaga ahli yang bisa mendorong inovasi yang dihasilkan. Selain itu, bahan baku yang tersedia juga belum memadai. Meski demikian, lanjutnya, asosiasi tetap optimistis industri alat kesehatan lokal masih bisa menunjukkan pertumbuhan.
"Tugas rumahnya memang masih banyak namun kita tetap harus optimistis dan terus menerus menciptakan inovasi-inovasi baru. Pemerintah juga sudah meningkatkan anggaran kesehatan dan kita sedang menuju implementasi Jaminan Kesehatan Nasioonal yang artinya penggunaan alat kesehatan pasti akan meningkat. Hal inilah yang harus dimanfaatkan oleh pengusaha lokal dengan sebaik-baiknya," tegas Cristina.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum IndoHCF Supriyantoro menyebutkan, saat ini jenis alat kesehatan produksi dalam negeri baru mampu memenuhi standar peralatan minimal yang harus ada di rumah sakit kelas A sebesar 48,2%, di kelas B sebesar 51,3%, di kelas C sebesar 57,9%, dan di kelas D sebesar 66,1%. "Hal inilah yang mendorong kami untuk melakukan acara yang bisa mendorong ide-ide dan inovasi baru di bidang kesehatan. Tujuan jangka panjangnya tentu untuk meningkatkan standar pelayanan kesehatan di Indonesia," jelas Supriyantoro.
Indonesia Healthcare Forum Innovation Award 2017 merupakan sebuah ajang lomba yang memberikan penghargaan khusus kepada individu, institusi, atau kelompok yang telah menerapkan atau melakukan inovasi di bidang kesehatan. Lomba yang direncanakan akan diadakan tiap tahunan ini memiliki lima kategori, antara lain inovasi sistem penanggulangan gawat darurat terpadu pra RS, inovasi program kesehatan ibu dan anak, inovasi alat kesehatan, inovasi e-health, dan inovasi seni kreasi promosi kesehatan.
"Melalui acara ini, kami mengundang para inovator handal untuk ikut berpartisipasi dan menciptakan inovasi terbaiknya sesuai dengan kategori yang ada. Selain itu, kami juga akan menyelenggarakan seminar dan workshop nasional mengenai hal penanggulangan kegawatdaruratan dan perkembangan teknologi informasi di bidang kesehatan" kata Supriyantoro.
Sementara, Ketua Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas Suhono Harso Supangkat menyatakan, saat ini Indonesia sedang memasuki masa transformasi digital dimana penerapan teknologi dapat memudahkan segala aspek kehidupan, termasuk di bidang kesehatan. "Inovasi teknologi untuk bidang kesehatan mutlak diperlukan guna mempermudah dan meningkatkan standar pelayanan kesehatan," jelas Suhono.
sumber http://www.gatra.com/