Menkes: Benahi Sistem Rujukan, Turunkan Angka Kematian Ibu dan Anak
Menteri Kesehatan (Menkes), Nila FA Moeloek meminta rumah sakit dan Puskesmas memperbaiki sistem rujukan dan layanan kegawatdaruratan. Karena kasus kematian ibu dan anak justru banyak terjadi di pelayanan kesehatan.
"Upaya menurunkan angka kematian ibu dan anak di Indonesia harus disertai perbaikan pada sistem, baik di rumah sakit maupun Puskesmas," kata Nila Moeloek saat menerima laporan program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) tahun 2011-2016 dari lembaga bantuan Amerika, USAID, di Jakarta, Selasa (14/3).
Laporan tersebut diserahkan secara simbolik oleh Wakil Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Brian McFeeters.
Masih tingginya angka kematian ibu dan bayi, menurut catatan WHO, sebagian besar akibat layanan kegawatdaruratan yang dibawah standar, bahkan saat di fasilitas kesehatan. Selain adanya kesenjangan indikator pelayanan kesehatan ibu dan bayi di Indonesia.
Upaya perbaikan hanya dapat dicapai, dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan di fasilitas kesehatan, koordinasi yang lebih baik antara penyelia layanan kesehatan pemerintah dan swasta. Serta antara masyarakat dan rumah sakit, terutama selama keadaan gawat darurat.
Selain itu, perlunya mengurangi hambatan dalam akses pembiayaan dalam pelayanan kesehatan. Masalah ini sebenarnya sudah bisa diselesaikan oleh program JKN, tapi belum semua masyarakat menjadi peserta JKN.
Menkes menilai, pentingnya pembenahan pada sistem karena angka kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia tidak berubah secara signifikan. Meski terjadi sedikit penurunan, namun angkanya masih paling tinggi antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Di Indonesia, 40 ibu hamil meninggal dan 247 bayi baru lahir meninggal setiap harinya. Hampir 70 persen kematian ibu hamil dan 75 persen kematian bayi baru lahir terjadi di Jawa dan Sumatera. Padahal, sebagian besar penyebab kematiannya dapat dicegah.
"Banyak yang harus kita lakukan untuk meningkatkan pelayanan kegawatdaruratan untuk ibu dan bayi baru lahir," ujar Menkes.
Ia berharap rumah sakit dan Puskesmas di kabupaten/kota seluruh Indonesia dapat memetik pelajaran penting dari program EMAS untuk perbaikan secara berkesinambungan.
Program EMAS sebelumnya dilaksanakan organisasi nirlaba internasional, Jhpiego dibantu sejumlah organisasi seperti Muhammadiyah, Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan (LKBK), Save The Children dan RTI. Program didanai USAID hingga 55 juta dolar selama 5 tahun.
Program melibatkan 150 rumah sakit dan 300 Puskesmas yang tersebar di 30 kabupaten di 6 provinsi yang selama ini memiliki angka kematian ibu dan bayi yang tinggi. Disebutkan, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. (TW)
{jcomments on}