Dinyatakan Bebas Malaria, 7 Kabupaten/Kota Dapat Penghargaan

17aprKementerian Kesehatan (Kemkes) akan memberi sertifikat bebas malaria kepada 7 kabupaten/kota yang dinilai berhasil dalam penanganan malaria di wilayahnya. Tercatat, ada 247 dari 514 kabupaten/kota yang saat ini dinyatakan telah eliminasi malaria.

"Berbagai upaya terus kita lakukan agar makin banyak daerah di Indonesia yang dinyatakan bebas malaria," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kemkes, Mohamad Subuh di Jakarta, Senin (17/4).

Disebutkan, 7 kabupaten/kota yang akan mendapat sertifikat bebas malaria yaitu Aceh Singkil, Aceh Timur dan Pidi. Ketiganya berada di provinsi Aceh. Dua kabupaten/kota lain dari Sumatera Utara yaitu Karo dan Padang Lawas Utara.

"Dan dua kabupaten/kota lainnya berasal dari Sulawesi Selatan yakni Pali dan Luwuk Utara," ucap Subuh seraya menambahkan penghargaan
tersebut akan diberikan pada peringatan Hari Malaria Sedunia di Ternate, Maluku Utara, pada 27 April 2017.

Subuh mengakui, bukan persoalan mudah melakukan pemberantasan malaria, terutama di wilayah Timur Indonesia. Karena faktor lingkungan, akibat banyak lahan kosong tempat berkembang biaknya nyamuk pembawa malaria.

"Malaria masih menjadi ancaman di Indonesia. Meski sudah 48 persen kabupaten/kota di Indonesia dinyatakan bebas malaria, masih ada sekitar 80 juta penduduk tinggal di wilayah berisiko malaria mulai dari endemis rendah hingga tinggi," ucapnya menegaskan.

Untuk itu, lanjut Subuh, upaya yang dilakukan selain membentuk pos malaria desa (posmaldes) adalah pembagian kelambu anti nyamuk. Karena upaya tersebut terbukti ampuh dalam melakukan pencegahan.

Disebutkan, selama 3 tahun (2014-2016) jumlah kelambu yang didistribusikan ke wilayah endemis malaria di Indonesia mencapai 23,2 juta paket. Untuk wilayah endemis tinggi malaria seperti provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur (NTT), kelambu yang didistribusikan mencapai 3,5 juta paket selama 2014.

"Masa efektifitas kelambu anti nyamuk adalah 3 tahun. Karena itu, program distribusi kelambu anti nyamuk akan dilakukan lagi tahun ini untuk daerah yang pada 2014 lalu masuk dalam program," ujar Subuh yang didampingi Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kemkes, Vensya Sitohang.

Dijelaskan, upaya penanganan malaria dilakukan dengan membagi dalam 3 kategori yaitu wilayah endemis rendah, sedang dan tinggi. Kendati demikian, pemda dengan kategori endemis rendah tidak boleh lengah.

"Jika tidak dilakukan upaya pencegahan, bukan tak mungkin statusnya meningkat menjadi endemis sedang dan tinggi. Untuk itu, pentingnya pemda mengalokasikan anggaran yang cukup untuk itu," ujarnya.

Ditambahkan, pemerintah sendiri menargetkan Indonesia bebas malaria pada 2030. Upaya pencegahan dan pengendalian malaria telah masuk dalam program prioritas nasional dan rencana strategis (renstra) Kementerian Kesehatan.

Subuh kembali mengingatkan, jika berada di wilayah endemis malaria, selalu gunakan baju lengkap tertutup. Jika tidak, alternatif lain yang bisa dilakukukan adalah mempergunakan lotion anti nyamuk.

"Saat tidur pun harus mengunakan kelambu. Apalagi jika tinggal lama. Karena terus menerus minum obat anti malaria dalam jangka lama bisa membuat tubuh resisten. Memang butuh usaha ekstra guna terhindar dari malaria," ucapnya.

Disebutkan, sejumlah gejala yang patut dicurigai sebagai pengidap malaria, antara lain, demam, mual, lesu, berkeringat, menggigil, muntah, diare dan badan kuning. Karena gejalanya mirip dengan penyakit lain, penderita harus menjalani tes laboratorium.

"Saat memberi obat, harus dipastikan penderita benar-benar mengidap malaria. Karena pengobatan yang diberikan tergolong radikal dengan membunuh semua stadium parasit yang ada dalam tubuh manusia," tuturnya. (TW)

{jcomments on}