Future Learning and Evaluation Approaches for
Health System Development

Reporter: Shita Dewi

hsr16

  Pengantar

Reportase kali ini akan mencoba melaporkan dua sesi terkait tema berbagai metode yang digunakan dalam melakukan penelitian sistem kesehatan. Dua sesi ini merupakan sesi presentasi oral para peneliti yang telah melakukan penelitiannya di berbagai negara, dan terkadang peneliti menggunakan bahasa mereka sendiri (Spanyol, atau Perancis) dalam melakukan presentasi.

Judul Sesi: Engaging with complexity in health policy and system research: experience from applying complex-sensitive approaches

(Sara van Belle, Isabel Goicoleo, Anna-Karin Hurtig, Migueal san Sebastian, Tanya Seshadri)

Premis dasar dari sesi ini adalah bahwa penelitian seringkali dilakukan dalam situasi yang kompleks, sehingga metodologi yang biasa (misalnya cross-sectional) tidak akan mampu menangkap kompleksitas tersebut. Mengapa? Karena dalam dunia nyata, causal pathway bersifat inter-connected, dan multiple. Causation bersifat kompleks dan seringkali tidak linear. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan case-based configurational analysis.

Metodologi pertama yang dipaparkan adalah Qualitative Comparative Analysis (QCA), sebuah metodologi yang cukup kompleks dimana sebuah program theory dikembangkan, kemudian dievaluasi dalam beberapa tahapan, dimana setiap tahapan merupakan konteks yang berbeda dan memiliki berbagai kombinasi kondisi/prasyarat yang berbeda. Dua aspek yang dilihat biasanya adalah aspek kondisi/prasyarat intervensi, dan aspek kondisi/prasyarat mekanisme. Komparasi dilakukan dengan memperhatikan kombinasi dari berbagai detailed-within-case analysis, sampai akhirnya ditemukan semacam 'modeling' dari kombinasi-kombinasi yang menghasilkan outcome yang sama (dan yang diharapkan) dan kemudian mengidentifikasi faktor yang selalu muncul dalam kombinasi yang berbeda-beda tersebut. Namun ditekankan bahwa lesson learned dari pendekatan ini dalam dunia nyata bukan faktor apa yang muncul, tetapi lebih pada bagaimana caranya hingga kita mencapai kondisi/prasyarat yang dijabarkan dalam faktor tersebut.

Bila pembaca tertarik ingin menggunakan metodologi ini, silakan membaca lebih lanjut pada link berikut

klik disini

Metodologi kedua yang dipaparkan adalah Participatory Action Research (PAR). Pembaca yang berminat dapat mempelajari secara ringkas tentang PAR pada link berikut

klik disini

Berangkat dari premis yang sama, bahwa sistem yang kompleks mengandung makna 'whole of parts', dan bahwa sistem ternyata bersikap conservative namun selalu menghasilkan unpredictable result. Akibatnya, untuk melakukan intervensi, good intentions saja tidak cukup, dan harus mengakui bahwa ada limitation dalam common sense sehingga akhirnya hal terbaik yang bisa dilakukan adalah trying to make (some) sense dari kompleksitas tersebut. Namun, ini mengandung implikasi bahwa analytical reflection harus selalu diikuti oleh synthesis.

Pengalaman dalam melakukan PAR menggarisbawahi fakta adalah bahwa sistem yang kompleks seharusnya selalu ada trickle-down effect dan kapitalisasi dari lesson learned. Namun, agar dapat bermanfaat, kedua hal ini harus memiliki cukup waktu, dana dan sarana. Kapitalisasi lesson learned khususnya penting karena lesson learned seharusnya menjelaskan bagaimana intervensi dilakukan, apa yang berhasil dan mengapa, serta apa yang tidak berhasil dan mengapa. Hanya dengan kapitalisasi lesson learned ini maka akan terjadi pengembangan kapasitas dan expertise local, yang bila ditindaklanjuti oleh policy dialogue dapat menghasilkan dampak dalam bentuk kebijakan.

Namun, dalam dunia yang mengagungkan "evidence-base", kita perlu menyadari seberapa banyak 'evidence' yang harus dikumpulkan untuk dapat disebut sebagai 'evidence'.

Judul Sesi: Application and challenges to the use of Mixed Methods in health system research

(Valery Ridde, Anne-Marie Trucotte-Tremblay, Nicolas Ortiz Ruis)

Dalam sesi ini, beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian mengunakan mixed methods menceritakan apa tantangan dalam melakukan mixed methods. Hal ini menarik karena banyak penelitian 'mengaku' (atau mengira) telah melakukan mixed method, tetapi mungkin sebenarnya belum tepat. Pembaca dapat membaca secara ringkas mengenai mixed method pada link:

http://www.statisticssolutions.com/mixed-methods-approach/

Dua mixed methods yang dibahas khususnya adalah convergent mixed methods dan sequential mixed methods.
Tantangan yang disoroti dalam melakukan mixed methods, antara lain adalah:

  1. Berupaya menjelaskan dan menjustifikasi penggunaan dua pendekatan yang berbeda dalam satu penelitian, karena dua metode ini memiliki world views yang sangat berbeda, dan memiliki rigour yang berbeda pula
  2. Ada ketidakpastian, dalam arti pendekatan kualitatif mungkin saja dapat mengarah pada hipotesis yang tidak bisa dijelaskan oleh model kuantitatif karena datanya tidak tersedia. Atau, sebaliknya, hipotesis harus dicocokan dengan data yang ada.
  3. Kemungkinan adanya conflicting result yang diperoleh dari pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif
  4. Memerlukan kelompok dengan dua keahlian yang berbeda namun harus menyepakati model konseptual yang sama
  5. Kualitas dari data sangat menentukan

Lesson learned dalam melakukan mixed methods adalah:

  1. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahlinya, karena mixed method membutuhkan keahlian tersendiri
  2. Sebaiknya, peneliti memiliki pengalaman dalam melakukan penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif terlebih dahulu sebelum mencoba menggunakan mixed methods.


Reportase Terkait

{jcomments on}