Plenary 3
Sesi ini dipandu oleh Detlev Ganten dari World Health Summit, Jerman. Tema sesi ini berkaitan dengan Cybersecurity and the health system: What risk for patients”, dibahas oleh beberapa pakar cybersecurity yakni Jacqueline Hubert dari Grenoble University Hospital Prancis, Solange Ghernaouti dari University of Lausenne Switzerland, Bertrand Levrat dari Geneva University Hospital Switzerland da Charlotte Lindsey-Curtet dari International Commitee of Red Cross (ICRC) Switzerland.
Era teknologi digital memberikan fakta bahwa catatan pasien yang direkam secara elektronik, tindak lanjut perawatan yang terkomputerisasi, dan sistem informasi berbasis teknologi telah diperkenalkan di seluruh elemen sistem kesehatan. Meskipun penggunaan alat digital ini dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan, tetapi juga dapat menciptakan banyak kelemahan. Pencurian data dalam sektor kesehatan dalam beberapa bulan terakhir juga menjadi target serangan cybercrime. Hal ini menjadi perhatian publik karena penyalahgunaannya dapat menyebabkan kerugian banyak pihak, terutama pasien dan sistem kesehatan yang berada dalam masalah.
Menurut Bertrand, pengalaman dari rumah sakit di Swiss dalam menanggulangi kejahatan Cybercrime menunjukkan tidak seluruh rumah sakit dapat memberikan data pasien, walaupun untuk keperluan studi atau digunakan dalam upaya pengambilan kebijakan. Hal ini disebabkan pengalaman yang berbeda dalam menghadapi penggunaan data pasien yang tidak tepat sasaran pada masa sebelumnya. Bertrand menyadari bahwa seluruh data medis pasien tidak selalu bersifat anonymous karena penggunaan data medis memerlukan beberapa data konfidensial yang bersifat individual, sehingga berpotensi disalahgunakan. Hal tersebut menjadi alasan perlunya secara perlahan memperbaiki sistem informasi yang ada untuk bisa mengontrol penggunaan data, “siapa dan untuk apa penggunaan data tersebut”.
Hal yang berbeda dikemukakan oleh Charlotte, yakni terdapat beberapa data yang bersifat konfidensial dari pasien yang tidak perlu diberikan kepada pihak manapun. Ini dilakukan dengan mempertimbangkan privasi dan bahwa perlu adanya batasan mengenai definisi dan indikator konfidensial yang dapat diakses oleh publik. ICRC telah melakukan beberapa analisis yang menunjukkan bahwa seluruh data pasien dapat dianalisis tanpa melibatkan data konfidensial yang merugikan masyarakat. Pertimbangan bahwa sistem informasi dan penggunaan data oleh pihak kedua tidak dapat dikontrol setiap saat. Meta data analisis juga berpotensi disalahgunakan jika tidak didukung oleh legalitas yang ada. Di lain sisi, era demokrasi adalah era di mana seluruh data dapat dipergunakan publik sehingga menurut Solange, perlu adanya kesadaran dari berbagai pihak dalam menggunakan data yang bertujuan untuk kepentingan masyarakat umum.
Isu cybercrime disadari semakin mengkhawatirkan bidang kesehatan karena data medis memuat informasi detail terkait individu, sehingga rentan disalahgunakan oleh pihak tertentu. Inovasi telah banyak dilakukan untuk meminimalisir kejahatan terhadap data. Sistem informasi kesehatan tidak dapat dibandingkan dengan sistem informasi perbankan karena memuat data yang lebih rumit dan sistem yang lebih kompleks. Begitu pun dengan isu transfer data antar negara. Menurut Bertrand, Swiss dan negara Eropa lainnya belum dapat mengimplementasikan transfer data antar negara karena terkendala regulasi yang berlaku di negara masing-masing. ICRC telah melakukan transfer data antar negara namun masih dalam skala yang lebih kecil, dengan terlebih dahulu melalui proses engagement dari kedua negara dan justifikasi penggunaan data yang sesuai.
Umumnya, cybercrime adalah sesuatu yang tidak bisa dihentikan tetapi bisa diminimalisir potensi terjadinya dengan perbaikan sistem dan regulasi yang jelas.
Workshop Session
Pada sesi ini, peserta diberikan kesempatan menghasilkan rekomendasi mengenai “Community Health workers and digital revolution: How is it transforming healthcare”. Diskusi dimulai dengan perkenalan diri. Peserta berasal dari berbagai negara dengan latar belakang profesi yang berbeda-beda. Tujuan dari diskusi ini selain merumuskan rekomendasi mengenai kader kesehatan dan transformasi ke sistem pelayanan kesehatan, diharapkan juga sebagai information sharing forum mengenai kader kesehatan di berbagai negara dengan segala potensi yang dapat dikembangkan sesuai dengan revolusi teknologi.
Posisi Community Health workers dalam sistem kesehatan berbeda di setiap negara. Community health worker yang diposisikan di luar dari sistem karena tidak tercakup dalam organisasi profesi yang resmi. Melihat hal tersebut, revolusi yang dibuat mempertimbangkan community health worker sebagian bagian dari sistem kesehatan tetapi diposisikan di luar dari tenaga kesehatan misalnya dokter, perawat, dan lain-lain.
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun rekomendasi adalah kondisi sarana prasarana, regulasi, dan jumlah tenaga kesehatan lainnya. Rekomendasi yang dihasilkan dari sesi ini adalah:
- Menimbang peran Community Health Worker yang sangat penting dalam menunjang kesehatan masyarakat, maka dianggap perlu memberikan pelatihan terkait pelayanan kesehatan dasar untuk meningkatkan kompetensi dalam pelayanan kesehatan dasar
- Memfasilitasi community health worker dengan penggunaan teknologi informasi yang dapat diterapkan tidak hanya dalam upaya preventif, tetapi juga dalam aspek promosi kesehatan. Beberapa negara telah menerapkan penggunaan teknologi tetapi tidak secara menyeluruh ke segala aspek kesehatan dan tidak mencakup seluruh daerah.
Lunch Session
Sesi ini membahas Information Technology as an Innovative approach to address Non-Communicable Disease. Pemateri terdiri atas Fiona Adshead dari NCD Alliance, Wayne Huey-Herng Sheu dari Chinesse Taipei Diabetes Education, Hsiu-His Chen dari National Taiwan University, Nilay D sah dari Mayo Clinici USA. Moderator dalam sesi ini adalah Ying Wei Wang dari University of Geneva.
Sesi dimulai dengan pemaparan mengenai gambaran NCD di dunia yang disampaikan oleh Fiona Adshead. Data menunjukkan bahwa terdapat 70% dari kematian di dunia disebabkan oleh NCD. 40% dari kematian di negara Low Middle income adalah kematian pada usia di bawah 70 tahun. Berdasarkan hasil dari beberapa studi juga menunjukkan bahwa NCD mempengaruhi perekonomian sebuah negara dan terbukti menurunkan 5% GDP dunia. Peluang penanggulangan masalah NCD yaitu dengan kerjasama lintas sektor yang berfokus pada pencegahan, manajemen, surveilans dan sistem kesehatan.
Wayne juga mengemukakan bahwa 4 penyakit yang menjadi penyakit terbanyak diderita penduduk dunia adalah penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, dan penyakit pernapasan akut. Rencana aksi global WHO 9 untuk mencegah dan mengendalikan penyakit menyediakan road-map dan target global untuk seluruh negara, termasuk negara-negara Asia. Wayne juga menyampaikan fakta bahwa dengan meningkatnya angka kematian di Asia akibat NCD menempatkan penyakit tersebut sebagai penyakit penyebab kematian terbanyak di Asia. Berdasarkan data WHO, 62% kematian di Asia disebabkan oleh NCD dan 8,5 juta orang meninggal setiap tahunnya dengan penyakit tersebut. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dibutuhkan kerja sama lintas sektor yang dapat di implementasikan untuk meningkatkan kesadaran terhadap pencegahan dan kontrol NCD.
Hsiu-His Chen juga dalam presentasinya mencoba membahas NCD berdasarkan pengalaman Taiwan. Selama 2 dekade terakhir, Taiwan melibatkan pemerintah, sektor swasta dan NGO bersama-sama mengembangkan strategi di setiap level. Di skala nasional, kebijakan kesehatan di pencegahan primer (misalnya pada pengurangan berat badan dan promosi berhenti merokok), pencegahan sekunder seperti skrining kesehatan, pencegahan tersier berupa asuransi kesehatan secara menyeluruh. Proses pencegahan ini juga melibatkan sistem informasi kesehatan yang baik dari setiap level pelayanan kesehatan. sistem informasi dapat berupa skrining dan demografi terkait promosi kesehatan, faktor risiko dan determinan perilaku kesehatan terkait NCD.
Nilay juga menyampaikan hasil analisis yang dilakukan untuk mengidentifikasi peran big data sebagai indikator penting dalam pencegahan NCD. Analisis yang dilakukan menggunakan Novel Analytic untuk mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan target pelayanan kesehatan pasien dengan kondisi kronis, dan peran teknologi digital untuk meningkatkan manajemen real-time. Nilay menemukan bahwa big data dapat menyajikan cara manajemen penyakit kronis dengan teknologi baru yang berpotensi mengubah cara tenaga kesehatan memberi pelayanan kepada pasien dengan kondisi kronis.
Plenary 4
Tema yang diangkat pada sesi ini adalah “Digital: What future for health profession”. Micaele Serafini dari Medecins Sans frontiers (MSF) bertindak sebagai moderator dalam sesi ini. Teknologi digital tidak hanya meningkatkan praktik yang ada tetapi mengarah pada terobosan yang menantang profesi kesehatan, mendefinisikan kembali jenis pelayanan dan mengganggu hierarki penyedia pelayanan kesehatan. Pasien memiliki akses ke informasi medis, tenaga kesehatan dipercayakan dengan semakin banyak tanggung jawab medis, sedangkan di sisi lain konsultasi via internet mulai diakui di beberapa negara. Isu ini akan dibahas oleh Vanessa Candeias dari World Econpmic Forum Switzerland, Mikhail Natenzon dari National Telemedicine Agency Russia, dan Xavier dari Switzerland.
Menurut Vanessa, dampak positif teknologi digital terhadap profesi tenaga kesehatan sekarang yakni terkait proses transfer data dan penggunaan data, kualitas pelayanan kesehatan, dan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan ekonomi. Teknologi digital membantu dalam menyediakan informasi dan jasa yang dibutuhkan untuk menciptakan pelayanan kesehatan yang efektif. Informasi yang berkembang saat ini terkait profesi kesehatan adalah berlandas pada guidelines dan tools yang ada di belahan dunia. Alat-alat dunia kesehatan yang sedang berkembang dan melibatkan teknologi canggih, misalnya dalam dunia onkologi, adalah contoh bagaimana akurasi dan presisi tetap dapat ditegakkan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.
Mikhail menjelaskan bahwa digital revolution di dunia kesehatan dimulai dengan perbaikan fasilitas kesehatan yang menunjang pelayanan kepada masyarakat. Revolusi digital tidak dapat dilaksanakan jika kekurangan fasilitas penunjang. Hal ini diibaratkan Jika diagnosis tepat maka tindakan kesehatan dalam bentuk intervensi juga akan sesuai. Distance medicine juga bisa dilakukan jika memiliki fasilitas, berdampak pada efektivitas dan kualitas yang lebih baik. Pasien akan menerima resep dan melakukan konsultasi tanpa perlu menghabiskan biaya karena jauhnya akses. Implementasi Telemedicine di Republik Argentina juga menunjukkan hal yang sama bahwa hal yang perlu dilakukan adalah mengatur sumber daya kemudian memulai dengan mengkomunikasikan dengan provider dan unit yang lebih ahli. Telemedicine yang dikembangkan memiliki kelebihan jika telemedicine memenuhi standar internasional tetapi bisa diakses oleh masyarakat di daerah rural. Hal ini bisa terwujud dengan melakukan kerjasama dengan pihak swasta dan pemerintah. Contoh konkret yang telah dilakukan di Republik Argentina adalah tidak hanya menyediakan mobile laboratory, tetapi juga bisa melakukan komunikasi dengan mobile laboratory lainnya untuk melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya atau mengirimkan hasil pemeriksaan kesehatan pasien. Masalah yang muncul jika telemedicine diterapkan lintas negara adalah terkait bahasa dan regulasi yang berlaku di masing-masing negara.
Xavier menjelaskan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat bisa ditekan dengan menggunakan teknologi artificial intelligence. Biaya beberapa komponen dapat diminimalisir misalnya biaya yang ditimbulkan dari ketidakakuratan pemeriksaan serta waktu yang dibutuhkan dalam pelayanan.
Artificial intelligence memungkinkan untuk diterapkan di negara low-middle income dengan tenaga kesehatan yang terbatas. Sebaliknya, negara dengan negara dengan jumlah tenaga kesehatan yang tinggi, artificial intelegency tidak akan menggantikan posisi tenaga kesehatan. Xavier juga menambahkan bahwa sebuah sistem tidak dapat bertahan jika tidak didukung oleh tenaga kesehatan. Vanessa memberikan pendapat yang sama bahwa artificial intelegence dapat menjadi salah satu solusi dengan tidak menggeser posisi tenaga kesehatan.