Keynote Speech

dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH, Menteri Kesehatan RI


naNafsiah Mboi memulai sambutan dengan mengajak para hadirin untuk melakukan persamaan persepsi mengenai pengertian determinan sosial kesehatan (SDH), yaitu berdasarkan definisi dari Komisi SDHWHO ("kondisi-kondisi yang mempengaruhi kesehatan seseorang mulai dari lahir, tumbuh, bekerja, dan menjadi tua yang termasuk di dalamnya kondisi sistem kesehatan. Keadaan ini terbentuk oleh faktor-faktor yang lebih luas, yaitu ekonomi, kebijakan sosial, dan politik").

Selanjutnya menjelaskan bahwa SDH tidak terlepas dari komitmen ttujuan pembangunan millennium (MDGs) global yang telah disepakati bersama oleh 189 Kepala Negara dalam Konferensi Tingkat Tinggi Milenium di New York pada tahun 2000. Deklarasi MDGs menetapkan 8 tujuan pembangunan yang harus dicapai pada tahun 2015. Indonesia baru mulai mengadopsi MDGs pada tahun 2005, yaitu dengan memasukkan MDGs ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan dituangkan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang dimulai dengan RPJMN 2005- 2009 serta Rencana Kerja Tahunan berikut dokumen anggarannya.

Paparan selanjutnya yang disampaikan adalah mengenai pencapaian MDGs di Indonesia, khususnya MDGs terkait bidang Kesehatan, yaitu tujuan 4 (kesehatan anak), 5 (kesehatan ibu), dan 6 (HIV, Malaria dan penyakit menular lainnya). Mid term review 2012 terhadap semua lembaga dan semua provinsi menunjukkan bahwa Kementerian Kesehatan paling banyak memiliki angka merah. Meskipun 89 persen persalinan telah dilakukan di fasilitas kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih, namun kematian ibu dan kematian bayi masih tinggi. Hasil analisa menunjukkan bahwa masih tingginya angka kematian ibu dan bayi disebabkan oleh kondisi kesehatan ibu hamil yang berisiko tinggi (anemia, hipertensi, overweight, diabetes mellitus), dan peningkatan jumlah ibu hamil berusia terlalu muda (dibawah 20 tahun). Oleh karena itu pemerintah telah bertekad untuk melakukan upaya komprehensif tidak hanya di hilir (peningkatan kapasitas Puskesmas PONED, Rumah Sakit PONEK, perluasan Jampersal), namun juga di hulu (kesehatan reproduksi wanita remaja, kesehatan ibu hamil). Kementerian Kesehatan akan fokus pada 9 Provinsi dengan jumlah penduduk di atas 7,5 juta jiwa dan Kabupaten/Kota dengan kasus kematian ibu dan anak tertinggi.

Di bidangHIV/AIDS, Nafsiah memaparkan peningkatan jumlah test HIV terhadap mereka yang berisiko tinggi (populasi kunci). Kebijakan test HIV diperluas dari sukarela (voluntary counseling and testing - VCT) menjadi inisiasi provider (Provider Initiative Counseling and Testing-PICT), dimana semua yang datang berobat ke Puskesmas dan Rumah Sakit dengan penyakit kelamin langsung diobati dan ditest HIV serta langsung diberi kondom. Ibu hamil di daerah resiko tinggi juga ditest HIV. Mereka yang terbukti positif HIV langsung diberikan pengobatan.

Nafsiah selanjutnya memaparkan pengurangan jumlah pasien yang resisten terhadap obat TB di Indonesia mengalami kemajuan dimana kesembuhan MDR TB meningkat menjadi 80 persen. Untuk malaria, pemerintah fokus pada 7 provinsi yang paling tinggi penderitanya, yaitu Papua, Papua Barat, Maluku , Maluku Barat, NTT, dan Bangka Belitung.

Nafsiah mengakhiri sambutannya dengan menyoroti agenda pembangunan kesehatan pasca 2015, khususnya tujuan pembangunan kesehatan global yang baru, yaitu penyakit tidak menular (PTM) dan akses menyeluruh terhadap hak kesehatan reproduksi. Upaya yang akan dilakukan untuk percepatan pencapaian penanggulangan penyakit tidak menular adalah upaya kesehatan pada setiap kelompok usia, khususnya remaja usia sekolah.