Kemenkes: Susu Tercemar dari Selandia Baru Tak Masuk Indonesia
Kementerian Kesehatan memastikan produk susu yang terkontaminasi bakteri Clostridium dari Selandia Baru tidak masuk ke Indonesia.
"Saya sudah berkomunikasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bahwa produk susu/bahan baku industri susu yang tercemar dari NZ (New Zealand/Selandia Baru) tidak masuk ke Indonesia," kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2P dan PL) Kemenkes, Prof Tjandra Yoga Aditama dalam surat elektroniknya yang dikirim kepada ROL, Selasa (6/8).
Ia mengatakan, berdasarkan keterangan resmi dari produsen susu dari Selandia Baru pada 4 Agustus 2013, memang ada tiga batch yang tercemar pada satu pabriknya untuk produk WPC 80 (whey protein concentrate) bahan baku industri pangan dan pakan yang dihasilkan dari susu. Namun, produk ini tidak satupun yang didistribusikan ke Indonesia.
Sejauh ini, kata Tjandra, negara-negara yang biasa mengimpor produk tercemar dari Selandia Baru adalah Cina, Malaysia, Australia, Thailand, Vietnam dan Arab Saudi. "Beberapa pabrik di luar negeri yang menggunakan WPC80 dari tiga batch tersebut telah melakukan recall (penarikan) produk jadinya sebagai langkah kehati-hatian," kata Tjandra.
Meski produk susu yang terkontaminasi dari Selandia Baru belum secara resmi masuk ke Indonesia, Dirjen P2P dan PL mengirimkan surat edaran ke Dinas Kesehatan seluruh Indonesia. Langkah itu sebagai bentuk antisipasi dan kewaspadaan serta informasi.
Tjandra mengatakan, imbauan dalam surat edaran Kemenkes itu berisi; produk yang diberitakan tercemar ini tidak diekspor ke Indonesia, tetap waspada dengan mengenal tanda dan gejala botulismus dan penyuluhan serta penanggulangannya; berkoordinasi dengan Balai POM setempat bila diperlukan.
"Melaporkan kejadian keracunan pangan, khususnya kejadian yang berhubungan dengan produk ini ke Posko KLB (menang kini Posko ini 24 jam) di Kementerian Kesehatan cq Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan telpon 021-4257125, 42877588, faksimili 021-42802669, atau email This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.," tutur Tjandra.
sumber: www.republika.co.id