Kemristek Fokus Kembangkan Vaksin Lokal
Salah satu permasalahan dari teknologi kesehatan dan obat di Indonesia adalah sebagian besar bahan baku obat vaksin masih diimpor dari negara lain. Kondisi ini menyebabkan pengembangan teknologi kedokteran maupun kesehatan di tanah air tergantung pada produk impor.
Hal ini juga disadari betul oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) Republik Indonesia, Prof. Dr. Ir. H. Gusti Muhammad Hatta. Karena itu, kesehatan dan obat merupakan salah satu bidang yang menjadi fokus program penelitian dan pengembangan Iptek, di samping bidang ketahanan pangan, bidang energi baru dan terbarukan, bidang teknologi dan manajemen transportasi, bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Pertahanan dan Keamaman, dan Material.
"Di bidang kesehatan, sekarang kita fokusnya ke vaksin, karena anak-anak balita dan di atasnya masih banyak yang memerlukan vaksin, sehingga nantinya kebutuhan vaksin ini bisa ditangani di dalam negeri. Kalau ini bagus, kita akan pindah (bahan baku dan produksi) ke dalam negeri semua," kata Muhammad Hatta di acara Penandatanganan Perjanjian Kerjasama penyelenggaraan "Ristek-Kalbe Science Award (RKSA)" 2014 antara PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) bersama Kemristek, di kantor BPPT, Jakarta, Selasa (11/2).
Diungkapkannya, berbagai konsorsium penelitian dan kerjasama di bidang kesehatan dan obat juga telah dibentuk. Melalui konsorsium tersebut akan terbentuk sinergi antara akademisi, bisnis, dan pemerintahan dalam upaya mencapai tujuan konsorsium yang telah ditetapkan.
"Saat ini Kemenristek juga telah memfasilitasi beberapa konsorsium terkait dengan kesehatan dan obat, seperti konsorsium Hepatitis B, konsorsium Vaksin TB, dan lainnya. Secara khusus Kemenristek dan Kalbe Farma juga telah bekerjasama mendorong kemandirian dalam bidang kesehatan seperti kerjasama litbang sel punca antara IPB, Lipi, dan PT. Kalbe Farma," ujarnya.
Diakui Menristek, ilmu dan teknologi saat ini memang berkembang sangat cepat. Sehingga, product life cycle menjadi semakin singkat dengan adanya penemuan-penemuan baru yang didapatkan semakin cepat.
"Sinergi yang kuat antara peneliti dengan industri telah menjadi kebutuhan dalam bentuk kerjasama A-B-G (Academic, Bussiness, Government) agar perkembangan teknologi yang ada dapat didorong untuk bisa segera dimanfaatkan oleh industri maupun masyarakat," ujarnya.
sumber: www.beritasatu.com