IDI Benahi Profesionalisme Dokter
Pemberlakuan Asean Free Trade Area (AFTA) 2015 mendatang ikut berimbas pada tenaga dokter. Dokter dari negara lain akan bebas masuk dan berpraktik ke Indonesia dan bersaing dengan dokter lokal.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sulsel, Prof Abdul Kadir mengatakan, peran IDI akan lebih dimaksimalkan untuk menjawab tantangan pasar bebas AFTA 2015. Profesionalisme dan kualitas tenaga dokter harus segera dibenahi sebelum dokter asing berpraktik di Indonesia.
Jika tidak, Direktur RSUP Wahidin Sudirohusodo ini mengatakan, kemungkinan para dokter Indonesia khususnya di Sulsel hanya akan menjadi penonton. Pasalnya, persaingan akan berada pada tingkat efektifitas dan efisiensi pelayanan.
"Ini jelas ancaman bagi para dokter. Makanya, IDI akan segera membuat program dan sistem yang berkelanjutan untuk memperbaiki mutu dokter saat ini. IDI harus merangkul semua dokter, " ucapnya, usai dilantik sebagai Ketua IDI Sulsel periode keduanya di Hotel Clarion, Minggu, 24 November.
Selain itu, Profesor Kadir juga mengatakan, IDI akan ikut ambil bagian dalam mengawal pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan PT Askes sebagai Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
"Malah nanti kami akan membuat posko untuk pengaduan peserta BPJS dengan layanan yang diterima. Disitu, kami akan memberikan masukan sebagai perantara antara BPJS dengan masyarakat. Kami mau IDI berguna bagi masyarakat," Tambahnya.
Ketua Pengurus Besar IDI, dr Zaenal Arifin mengatakan, persoalan utama yang dihadapai saat ini adalah penyebaran tenaga dokter. Menurutnya, fakta yang terlihat, dokter masih menumpuk di perkotaan. "Nah ini tanggung jawab pemerintah. Kecuali soal kesiapan dokter, itu kami," ucapnya.
Pada acara ini, IDI juga sekaligus menggelar seminar terkait peran IDI dalam penerapan JKN. Hadir sebagai pemateri, Dekan Fakultas Kedokteran Unhas, Prof Irawan Yusuf, Guru Besar Fakultas Kedokteran, Prof Syarifuddin Wahid, dan pihak PT Askes, dr Sunusi.
Para pembicara sepakat perlunya penataan kompetensi dokter. Kemudian, meningkatkan integritas dokter agar tidak terlibat produk kartel obat dengan bekerja sama dengan perusahaan farmasi. Kesejahteraan dokter ikut dibahas. (arm/rif)
sumber: www.fajar.co.id