STFI Siapkan Tenaga Terampil dan Profesional
Pendidikan bidang farmasi saat ini sedang tumbuh pesat, ditandai dengan berdirinya banyak sekolah baru, namun dengan spesifikasi yang hampir sama. Hingga saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 60 institusi Perguruan Tinggi yang membuka program pendidikan farmasi S1 dengan berbagai akreditasi.
"Perguruan tinggi penyelenggara pendidikan farmasi saat ini dihadapkan pada tantangan untuk menghasilkan sarjana dengan kualitas baik dan terampil karena bidang ini menyangkut kualitas kesehatan masyarakat pada akhirnya. Seorang sarjana farmasi di Indonesia memang mendapatkan tuntutan yang sangat berat karena secara kurikulum belum mengalami spesifikasi, sehingga masih merupakan kurikulum farmasi umum yang mencakup banyak keahlian, meliputi produksi obat, proses pemastian mutu obat, penemuan dan pengembangan obat, distribusi, pelayanan kesehatan, sampai penjualan ke konsumen, dan bidang lain yang berkaitan di dalamnya," tutur Syarif Hamdani Koodinator LPPM Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI) di temui di kampusnya Jln. Soekarno Hatta No. 354 – Bandung. Senin (29/7/2013).
Menurut Syarif, luasnya cakupan bidang farmasi mendorong perlunya pola pembelajaran yang komprehensif namun mendalam. "Sebagai konsekuensi, dinamika terhadap tantangan yang harus dihadapi, baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional, peningkatan keterampilan dan profesionalitas, bertumpu pada dunia pendidikan," katanya.
Pola pendidikan yang ditunjang dengan praktikum masih merupakan pilihan kurikulum saat ini karena dinilai memiliki tingkat keberhasilan tinggi. "Teori dan praktikum merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, harus seimbang, dan keduanya mempunyai peran penting. Praktikum bukan hanya sebagai perwujudan teori semata, tapi menjadi tolak ukur pembuktian teori tersebut. Dengan pembekalan teoritis yang dipadu dengan latihan dan pembuktian di laboratorium diharapkan dapat melahirkan tenaga terampil yang siap pakai," ujarnya.
Namun demikian, dengan cepatnya perkembangan teknologi yang dipakai pada proses produksi obat menjadi kendala lain untuk perguruan tinggi, berkaitan dengan biaya pengadaan peralatan yang perlu disesuaikan. "Tidak banyak perguruan tinggi di Indonesia yang mampu mengadaptasi dengan cepat perkembangan teknologi dalam bidang farmasi tidak terkecuali perguruan tinggi negeri. Namun begitu, perguruan tinggi di Indonesia berusaha semaksimal mungkin untuk merespon perkembangan teknologi yang terjadi," ucapnya.
Salah satu perguruan tinggi bidang farmasi di kota Bandung yaitu STFI melakukan pendidikan secara teori dan pratikum berbasis pratikum mandiri ditunjang dengan peralatan laboratorium yang disesuaikan dengan industri untuk merespon perkembangan teknologi tersebut dan lulusannya pun siap pakai. "STFI melengkapi laboratoriumnya dengan instrumen yang terus ditingkatkan. disesuaikan dengan di lapangan pekerjaan. Contohnya instrumen yang dipakai untuk produksi dan pemastian mutu seperti terdapat di industry farmasi yaitu: Mesin cetak tablet, alat-alat uji kualitas tablet, kromatografi cair kinerja tinggi, spektrofotometer infra merah, Spektrofotometer UV-Vis, dan lainnya," katanya.
Instrumen penunjang praktikum lain untuk laboratorium teknologi steril dan non steril, farmakologi, biologi farmasi, mikrobiologi juga terus ditingkatkan. "Dengan pembelajaran berbasis teoritis dan praktikum mandiri yang ditunjang instrument praktikum tersebut, sejak diselenggarakannya program studi strata-1 farmasi pada tahun 2001, STFI telah menghasilkan lebih dari 300 lulusan. Dari sejumlah lulusan tersebut, 90% lebih terserap di dunia kerja yang tersebar pada lembaga pemerintahan, industry manusia dan hewan, rumah sakit, apotek, klinik kesehatan dan kecantikan, pedagang besar farmasi, guru dan dosen, wirausaha, dan sebagian kecil pada bidang di luar farmasi." ujarnya.
Menurut data kementerian kesehatan pada tahun 2013 ini bahkan masih dibutuhkan kurang lebih 33.000 tenaga kesehatan, 5.000 tenaga kesehatan di antaranya adalah tenaga farmasi. "Belum tercatat berapa banyak tenaga farmasi yang dibutuhkan industri, pedagang besar farmasi, dan lembaga lainnya. Ini merupakan sebuah pekerjaan rumah untuk perguruan tinggi farmasi di Indonesia untuk mencetak lulusan farmasi yang berkompeten sehingga dapat mengisi kekosongan tersebut," katanya.(A-71/A-147)***
sumber: www.pikiran-rakyat.com