Tingkatkan Kompetensi Apoteker untuk Capai Derajat Kesehatan Masyarakat yang Tinggi
Pada tanggal 1 Januari 2014 mendatang, pemerintah mulai menjalankan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa Indonesia. Program ini perlu mendapatkan dukungan dan kerja sama dari setiap stakeholder agar dapat berjalan dengan baik.
Di bidang kefarmasian, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, Maura Linda Sitanggang, Ph.D., mengungkapkan, saat ini orientasi bidang kefarmasian telah bergeser dari orientasi produk ke orientasi pelayanan pasien. Sehingga, dengan bergesernya orientasi tersebut terjadi suatu hubungan antara apoteker dengan pasien secara langsung.
"Untuk itu, Apoteker perlu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan terkait pelayanan kefarmasian, kemampuan berkomunikasi, serta bekerja sama dalam tim untuk mencapai tujuan terapi yang diinginkan, atau untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya," ujar Maura saat menjadi keynote speaker pada Seminar Nasional "The 1st Indonesian Conference on Clinical Pharmacy", Rabu (06/11) di Ball Room Hotel Hilton Bandung.
Di ambang pelaksanaan program JKN, Maura memperkirakan cakupan pelayanan masyarakat di bidang kesehatan semakin meningkat. Farmasi sendiri merupakan salah satu sistem yang mandiri, dimana posisinya tidak bisa dipisahkan dari sistem kesehatan lainnya.
"Sistem Farmasi terdiri dari 3 pilar, yaitu ketersediaan pemerataan obat, menjamin keamanan khasiat dan mutu obat serta menjamin keamanan dari penyalahgunaan obat, dan penggunaan obat yang rasional," ujarnya.
Maura menambahkan, tenaga apoteker pun harus memiliki jaringan kompetensi. Selain menjadi apoteker di rumah sakit dan komunitas, juga memiliki kompetensi sebagai peneliti, scientist, pengajar, serta seorang pharmaceutical care di rumh sakit yang berinteraksi dengan bidang-lainnya.
Lebih lanjut ia pun mengungkapkan, sistem farmasi di Indonesia sudah termasuk kategori baik. Hanya saja, rasio jumlah apoteker perlu ditambah untuk meningkatkan kualitas. "Intinya, peran stakeholder seperti perguruan tinggi, asosiasi, profesi, dan pemerintah sangat dibutuhkan. Kita bekerja sama bagaimana meningkatkan sinergitas," kata Maura.
Seminar nasional ini digelar oleh Fakultas Farmasi Unpad dalam rangka Perayaan Dies Natalis ke-53. Ketua pelaksana kegiatan, Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt., mengungkapkan seminar ini bertujuan untuk menambah wawasan dalam bentuk teori dan pengalaman praktik farmasi klinik.
Diikuti oleh peserta yang terdiri dari praktisi apoteker dan dokter, peneliti, akademisi, serta mahasiswa dari berbagai institusi di Indonesia. Seminar ini menghadirkan 3 pembicara utama, yaitu Prof. Dr. Joseph T. Dipiro, Pharm, D., (South Carolina College of Pharmacy Univesity of South Carolina, USA), Prof. Syed Azhar Syed Sulaiman, Ph.D., (Universiti Sains Malaysia), Prof. Tomonori Nakamura, Ph.D., (Keio University Japan).*
sumber: www.unpad.ac.idt