WHO Diminta Tak Pangkas Anggaran ke Asia Tenggara
Jakarta - Delegasi Indonesia menyampaikan keberatan atas pengurangan jatah anggaran untuk regional Asia Tenggara (SEARO) dari rencana anggaran WHO 2014/2015. Deputi Direktur Regional Kerja Sama Kesehatan Kementerian Kesehatan Doddy Izwardy mengatakan pemotongan anggaran akan membuat pencapaian target-target program menjadi tidak maksimal.
"Kalau (WHO) ngasih segitu, jangan minta outcome lebih," katanya kepada Tempo di sela sidang tahunan WHO di markas PBB Palais des Nations, Jenewa, Kamis, 23 Mei 2013. "Jangan nuntut, tapi bukan berarti kita membiarkan."
Doddy, yang mewakili delegasi Indonesia dalam pertemuan komite membahas anggaran, mengatakan alokasi anggaran WHO untuk negara anggota disesuaikan dengan jumlah penduduk. Indonesia menjadi negara terbesar kedua di wilayah regional SEARO. Selama ini Indonesia menerima dana dari WHO sebesar US$9 juta. Akan tetapi, alokasi tahun depan bakal dikurangi. Draft rancangan anggaran WHO untuk 2014-2015 mengalokasikan dana sebesar US$340 juta untuk wilayah SEARO.
Persoalan anggaran menjadi isu penting dalam sidang WHO kali ini. Organisasi kesehatan dunia ini sedang mengalami masalah finansial dan merencanakan pemotongan anggaran secara cermat. Rencana ini diprotes karena pemotongan anggaran untuk wilayah SEARO cukup besar. Padahal, wilayah ini menghadapi persoalan kesehatan tiga kali lipat.
"Wilayah SEARO masih menghadapi triple burden disease," kata Doddy. "Penyakit infeksi masih tinggi, di sisi lain penyakit yang tidak menular juga mulai menjadi masalah utama. Makanya kita melawan agar jangan sampai anggaran dipotong."
Rancangan resolusi WHO untuk program anggaran 2014-2015 mencatat total alokasi sejumlah US$3.977 juta. Dana sebesar US$929 juta berasal dari iuran anggota. Tetapi sebagian besar merupakan kontribusi sukarela dengan jumlah US$3.048 juta. Kontribusi sukarela biasanya diperoleh dari yayasan, organisasi non pemerintah, badan PBB lain dan negara penyumbang lebih dari kontribusi semestinya.
Anggaran dialokasikan untuk penanganan penyakit tidak menular sebesar US$841 juta, penyakit menular sebesar US$ 318 juta, promosi kesehatan US$388 juta, sistem kesehatan US$531 juta, pencegahan, pengawasan dan tanggap darurat US$287 juta, fungsi layanan perusahaan US$684 juta, dan komponen gawat darurat sebesar US$928 juta.
(sumber: www.tempo.co)