Teknologi Kedokteran: 9 RS Dilibatkan Dalam Pengembangan Sel Punca
Indonesia siap kembangkan teknologi sel punca (stem cell) dan jaringan secara serius, lewat kerjasama antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang baru saja di tandatangani, di Jakarta, Senin (13/10).
"Langkah pertama adalah pembentukan konsorsium yang beranggotakan pemerintah, akademisi, dunia usaha dan komunitas," kata Menkes Nafsiah Mboi dalam pidato sambutannya.
Hadir dalam kesempatan itu, Menteri BUMN Dahlan Iskan, Kepala Badan POM, Roy Sparringa, dan Ketua Komite Pengembangan Sel Punca dan Jaringan, dr Farid Anfasa Moeloek.
Melalui penandatangan MoU ini, Menkes Nafsiah Mboi berharap pengembangan sel punca dan jaringan dapat terlaksana secara komprehensif, serta mencakup semua aspek. Baik penelitian, penerapan, pemanfaatan, pelayanan, maupun pengawasan.
"Di dunia, sel punca telah banyak digunakan dalam pengobatan baik untuk anak-anak hingga orang tua. Melihat begitu besar manfaat sel punca, kenapa kita tidak mengembangkannya. Padahal teknologi bukan hal baru di kalangan peneliti kita," ujar Menkes.
Pengembangan teknologi dan pelayanan sel punca dan jaringan telah mulai dilakukan di Indonesia sejak 2008. Sel punca dipergunakan untuk pengobatan seperti parkinson, alzheimer, stroke dan penyakit lain yang disebabkan oleh kerusakan sel dan jaringan.
Menkes menuturkan, dirinya begitu bersemangat menandatangani kerjasama ini tatkala mengetahui mantan presiden BJ Habibie menggunakan sel punca untuk mengobati lututnya.
"Kalau manfaatnya sebesar itu, kenapa kegembiraan ini tidak kita berikan kepada semua orang saja," kata Menkes.
Selain itu, lanjut Nafsiah, pihaknya juga bosan mendengar produsen sel punca dan jaringan saling menjelekkan satu sama lainnya sehingga terpikir untuk membentuk konsorsium dalam proses pengembangannya.
"Konsorsium ini selain melakukan rekayasa sel punca dan jaringan untuk pengobatan, juga memiliki fungsi pengawasan atas peredaran sel punca dari luar negeri yang telah direkayasa untuk pengobatan," ucap Nafsiah.
Pemerintah menunjuk 9 rumah sakit (RS) vertikal untuk memulai pengembangan layanan sel punca dan jaringan, yaitu RS Dr M Djamil Padang, RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, RS Hasan Sadikin Bandung, RS Sardjito Yogyakarta, RS Fatmawati Jakarta, RS Khusus Kanker Dharmais, RS Dr Kariadi Semarang, RS Sanglah Bali, dan RS Persahabatan Jakarta.
Sementara itu, Menteri BUMN Dahlan Iskan menuturkan, ilmuwan Indonesia sebenarnya tidak kalah kemampuannya dibanding ilmuwan negara lain dalam hal pengembangan sel punca dan jaringan.
Apalagi, Dahlan sendiri sudah merasakan manfaat yang cukup besar dalam penggunaan sel punca dan jaringan di dalam tubuhnya.
"Saya tidak mungkin mau menandatangi MoU ini kalau sel punca tidak bermanfaat. Malah saya sudah merasakannya untuk implan gigi dan rekayasa sel punca untuk memperbaharui sel dalam tubuh saya," kata Dahlan Iskan.
Bahkan Dahlan sangat bangga dengan hasil kerja tenaga medis asal Indonesia terkait dengan sel punca dan jaringan tersebut. "Saya tidak melakukannya di Jerman, tidak juga di Korea, tapi di Surabaya. Itu sudah menunjukan bahwa sel punca bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri," kata Dahlan menandaskan. (TW)
{jcomments on}