Puncak Peringatan Cuci Tangan Pakai Sabun
Studi WHO 2007 menunjukkan intervensi modifikasi lingkungan dapat menurunkan angka penyakit diare hingga 94 persen.
Atas dasar itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sejak 2008 lalu membuat program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), dengan harapan terjadi perubahan perilaku higienis dan saniter di masyarakat.
"Program STBM terbukti mampu menurunkan angka kesakitan diare hingga 94 persen dan kecacingan hingga 71,6 persen," kata Direktur Penyehatan Lingkungan, Ditjen P2PL, Kemenkes, Wilfried H Purba dalam jumpa pers, di Jakarta, Rabu (15/10) terkait puncak peringatan "Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) se-Dunia 2014" pada 18 Oktober mendatang di Jakarta.
Wilfried menjelaskan, CTPS merupakan satu bagian dari program STBM yang tak kalah penting diperkenalkan ke masyarakat. Karena dari tindakan yang terlihat sepele itu, mampu mencegah penyakit menular seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas). Bahkan, CTPS dijadikan standar pencegahan penyakit kritis seperti ebola.
"Perilaku CTPS harus dilakukan di 5 waktu penting, yaitu usai buang air besar (BAB), setelah menceboki bayi/balita, sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan dan sebelum menyusui," ujarnya.
Fakta lain di luar 5 waktu penting yang patut mendapat perhatian terkait CTPS, Wilfried menyebutkan, 71 persen tidak mencuci tangan setelah menyentuh permukaan benda di tempat umum.
"Seharusnya segera CTPS setelah menyentuh gagang pintu, tombol lift di tempat umum. Bahkan di rumah sakit yang bisa menyebabkan infeksi nosokomial. Kuman yang terdapat di tangan akan masuk ke tubuh saat menyapukan tangan ke mata dan hidung," ujarnya.
Selain itu, Wilfried menambahkan, 86 persen tidak mensterilkan keranjang belanjanya. Kuman tidak hanya ditemukan di gagang keranjang belanja, tetapi juga dalam daging dan makanan lainnya. "Setelah berbelanja, segera lakukan CTPS," katanya menegaskan.
Tentang penggunaannya cairan pembersih tangan tanpa bilas, Wilfried mengatakan, hal itu bisa dilakukan sebagai alternatif jika tidak ada air bersih di sekitar. Namun, yang terbaik menggunakan sabun dan air.
"Para ahli tetap menyarankan untuk cuci tangan pakai sabun dan air," kata Wilfried menegaskan.
Ia menyebutkan sejumlah yang paling banyak ditemukan kuman. Di tempat perbelanjaan, terutama pada keranjang belanja yang terbukti 70-90 persen memiliki bakteri e-coli. Tempat bermain anak, padahal sebagian besar anak yang bermain disana memasukan mainan tersebut ke mulutnya.
Selain itu, kuman banyak pada toilet umum. Terutama pada wastafel dan dispenser sabun. Tempat lainnya justru di meja kantor yang terbukti memiliki 400 kali kuman lebih banyak dibandingkan kursi toilet. Bahkan pada meja perempuan, kuman tiga kali lebih banyak dibandingkan meja kerja milik laki-laki.
"Di restoran, kuman paling banyak ditemukan pada lap meja. Ini harus diperhatikan para konsumen," tutur Wilfried seraya menyebutkan data itu berasal dari International Journal Of Enviromental Health Research 2005.
Tempat lainnya di perpustakaan, terutama pada buku-buku yang paling banyak dipinjam. Sedangkan di pusat perbelanjaan, tempat yang patut diwaspadai adalah pegangan tangan pada eskalator. (TW)
{jcomments on}