Menkes: Kurangi Penggunaan Gadget Pada Anak
Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek mengingatkan orang tua untuk mengurangi penggunaan gadget pada anak. Hal itu dapat menyebabkan gangguan penglihatan pada anak.
"Trend main games di gadget harus disikapi secara bijaksana oleh orangtua. Penggunaan gadget yang berlebihan, tak hanya anak, dapat menyebabkan gangguan pada penglihatan," kata Menkes Nila F Moeloek yang juga dokter spesialis mata itu saat berkunjung ke Kompleks SD 06, 07, 08, 09, 10 dan 11 Pagi dan Petang Penjaringan Utara, Jakarta Utara, Selasa (11/11).
Kehadiran Menkes ke sekolah tersebut bagian dari rangkaian kegiatan peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-50. Selain melihat bakti sosial yang digelar Komnas Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (PGPKT) bersama Yayasan Hin An Peduli serta RS Jantung Harapan Kita untuk pemeriksaan telinga, mata dan jantung.
Nila menambahkan, akibat penggunaan gadget yang berlebihan saat ini mulai banyak anak pemakai kacamata. Ia memperkirakan jumlah anak pemakai kacamata 20 persen dari populasi jumlah penduduk anak di Indonesia.
"Sudah banyak main gadget, tak ditopang pula oleh makan makanan bergizi. Anak harus tercukupi kebutuhan gizinya supaya tidak terserang gangguan penglihatan," ucapnya.
Kebutuhan gizi anak tercukupi yang dimaksud Menkes Nila F Moeloek adalah menu makanan yang seimbang. Terutama sayur-sayuran yang kurang disukai anak-anak, dan buah-buah segar. Jika perlu ditambah susu dan vitamin.
Mengutip data dari Komnas Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (PGPKT) 2010, Menkes menyebutkan, terdapat 10 hingga 20 persen anak SD yang memiliki gangguan penglihatan dan harus memakai kacamata.
Hal senada dikemukakan Ketua Komnas PGPKT Jakarta Utara, Radito Soesanto, melakukan deteksi dini gangguan mata dan pada anak SD Penjaringan, sebagai bagian dari tindakan promotif dan preventif kesehatan. Karena indera pendengaran dan penglihatan merupakan aspek penting dalam pendidikan, terutama pendidikan dasar.
"Coba kalau mata tidak dicek, tidak tahu kan orangtuanya kalau anaknya sebenarnya sudah mata minus. Prestasinya menurun karena tidak bisa melihat tulisan gurunya di papan tulis dengan jelas," ujarnya.
Begitupun telinganya yang tersumbat oleh kotoran, karena tidak pernah dibersihkan selama bertahun-tahun. Akibat telinga yang tersumbat tidak bisa mendengar omongan gurunya. Akhirnya nilai sekolahnya turun.
"Bukannya anaknya yang malas atau tidak pintar, tetapi ada gangguan kesehatan organ penting yang tidak disadari orangtuanya. Melalui kegiatan deteksi dini semacam ini diharapkan orangtua mau peduli atas kesehatan penglihatan dan pendengaran anaknya," kata Radito menandaskan. (TW)
{jcomments on}