Hari Kesehatan Nasional: Dorong Pembangunan Kesehatan pada Aspek Promotif-Preventif
Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek dalam peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-50 di lapangan Monumen Nasional (Monas) Jakarta, Rabu (12/11) mengemukakan 5 hal utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan kesehatan nasional.
Hal pertama, disebutkan, pembangunan kesehatan harus lebih mendorong pada aspek promotif dan preventif, namun tetap tidak melupakan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (perawatan).
"Aspek promotif dan preventif menjadi penting, karena pembangunan kesehatan merupakan investasi negara, khususnya dalam menopang peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM), bersama dengan pendidikan dan pendapatan perkapita," ujar Menkes.
Hal kedua, sasaran pokok pembangunan kesehatan adalah ibu hamil, bayi dan balita, anak usia sekolah dan remaja, pasangan usia subur, serta usia lanjut, khususnya di daerah populasi tinggi, terpencil, perbatasan, kepulauan dan rawan bencana.
Fokus perhatian ketiga, lanjut Menkes, diperlukan keterlibatan aktif dari akademisi, komunitas, pelaku usaha dan pemerintah sebagai satu kesatuan team work sebagai bentuk tanggung jawab bersama akan masa depan bangsa. Khususnya, kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan bangsa atau negara lain.
Perhatian keempat, kata Nila F Moeloek, pola kepemimpinan perlu diubah dari pasif menjadi aktif untuk merespon serta mengantisipasi persoalan yang ada, dari sifatnya directive menjadi colaborative. Dari yang sifatnya individualisme menjadi teamwork, serta dari sifatnya serve (melayani) menjadi care (peduli).
"Yang kelima, tata kelola program dan administrasi harus terus menerus ditingkatkan ke arah yang lebih baik, melalui sinergitas pusat dan daerah. Satu kesatuan siklus menajemen, mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, hingga pertanggungjawaban serta pengadministrasiannya," kata Menkes.
Dan yang tak kalah penting, menurut Menkes, adalah dukungan dan komitmen kuat dari pemimpin, baik di tingkat nasional maupun daerah, yang secara konsisten mewujudkan 5 hal pembangunan kesehatan nasional.
"Peringatan HKN emas tahun ini diharapkan bisa menjadi momentum bagi pemerintah bersama masyarakat untuk memberi makna pentingnya kesehatan," ucap Menkes menandaskan.
Sedangkan untuk agenda pembangunan kesehatan 2015-2019, Nila F Moeloek menyebutkan, pihaknya ingin mewujudkan akses dan mutu pelayanan kesehatan yang makin mantab.
Maksudnya, setiap orang berhak mendapat layanan kesehatan sesuai kebutuhan, di tempat pelayanan kesehatan terstandar, dilayani petugas kesehatan yang kompeten, dengan biaya terjangkau serta informasi yang akurat.
Pada kesempatan itu Menkes menceritakan sejarah lahirnya HKN. Hal itu berawal saat Presiden Sukarno mencanangkan pembasmian malaria secara besar-besaran pada 12 November 1959. Peristiwa itu merupakan titik awal kebersamaan seluruh komponen bangsa dalam pembangunan kesehatan untuk mengatasi pandemi malaria.
"Saat itu Presiden Soekarno menandai pembasmian malaria lewat kegiatan penyemprotan massal di seluruh Jawa, Bali dan Lampung. Dampak dari pencanangan itu, 63 juta penduduk Indonesia saat itu terhindar dari penyakit malaria," tuturnya.
Kondisi ini selaras saat Indonesia memiliki program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang melindungi kesehatan seluruh rakyat Indonesia lewat sistem asuransi kesehatan. Dengan demikian, rakyat miskin Indonesia terlindungi kesehatannya lewat premi yang dibayarkan pemerintah.
"Memang sistem ini masih banyak kekurangannya. Karena itu, berbagai perbaikan tengah kita lakukan, termasuk penyediaan fasilitas baik di tingkat satu maupun dua. Selain menjaga efisiensi dan efektivitas pembiayaan lewat sistem rujukan berjenjang," kata menkes menandaskan. (TW)
{jcomments on}