Gangguan Kesehatan Paru-paru Intai Generasi Muda
Jumlah perokok pemula di Indonesia terus mengalami peningkatan sekitar 5 persen setiap tiga tahun. Kondisi memprihatinkan itu membuat pemerintah harus gencar melakukan sosialiasi dan edukasi bahaya merokok bagi generasi muda.
"Pada 2010, jumlah perokok pemula dengan kisaran umur 10 - 15 tahun mencapai 13 juta anak," kata Project Officer Komnas Pengendalian Tembakau Nanda Fauziyana dalam audiensi Yayasan Paru Sehat Indonesia bersama Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek di Kantor Kementerian Kesehatan, Jalan Rasuna Said, Jakarta, Selasa (30/12/2014).
Data tersebut merujuk pada riset kesehatan dasar terakhir Kemenkes yang dilakukan setiap tiga tahun sekali. "Jumlah Itu meningkat tiga kali lipat dibanding jumlah perokok pemula pada 1995," ucap Nanda.
Saat ini, tutur Nanda, data baru terkait jumlah perokok pemula belum dipublikasikan. Namun, Komnas Pengendalian Tembakau memperkirakan jumlah tersebut terus naik sekitar 5 persen atau 6 - 8 juta anak. Sementara itu, Menkes Nila F Moeloek mengakui banyaknya generasi muda yang merokok.
"Untuk merokok, saya khawatir anak-anak muda. Memang (merokok) lebih turun ke anak muda," kata Nila. Pola hidup tak sehat dan merokok, lanjutnya, berdampak pada munculnya gangguan kesehatan pada paru - paru.
Tak hanya itu, orang yang tak merokok pun menjadi korban karena terpapar asap para perokok aktif. Nila menegaskan, aktivitas merokok juga tak boleh dilakukan di ruang publik atau tertutup. Pasalnya, hal itu akan meningkatan jumlah perokok pasif yang rentan terkena gangguan kesehatan.
Nila menyatakan, komitmennya guna membantu kiprah Yayasan Paru Sehat Indonesia dalam menyosialisasikan pentingnya menjaga kesehatan paru-paru.
"Kita bisa bantu promosi kesehatannya," ujarnya.
Bantuan itu diberikan dalam bentuk pemasangan poster di unit-unit kesehatan masyarakat. Kemenkes juga aka menyebarkan poster berisi larangan merokok di tempat tertutup. Bagi Nila, menjaga kesehatan bisa dilakukan dengan cara - cara yang sederhana. Dia mencontohkan, gerakan dansa yang dilakukan sejumlah warga di Tiongkok pada pagi hari.
"Kenapa di Cina, genit berdansa-dansa, ternyata itu berolahraga. Itu kan sederhana, apakah itu tak bisa di-push (didorong di Indonesia)," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Nila berpesan agar hidup sehat menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. "Kembali ke diri kita, kita mau hidup sehat enggak sih," ucapnya.
Dia pun mewanti-wanti momen pergantian tahun dirayakan dengan sederhana dan penuh rasa syukur serta menghindari konsumsi minuman keras. (Bambang Arifianto/A-88)***
sumber: http://www.pikiran-rakyat.com