Survei Kepuasan Peserta BPJS Kesehatan Periode 2014
Guna mengetahui kepuasan, persepsi, dan kesadaran masyarakat tentang BPJS Kesehatan, dua lembaga riset, yaitu Myriad Research Comitted dan PT Sucofindo (Persero) melakukan survei selama kurun waktu 2014. Rata-rata kedua hasil survei menunjukkan perkembangan yang baik atas BPJS Kesehatan.
Seperti dikemukakan Direktur Riset Myriad Research Comitted Eva Yusuf , pihaknya melakukan survei pada 24 September-15 Oktober 2014 dengan responden sebanyak 17.280 peserta BPJS Kesehatan. Disebutkan, sebanyak 81 persen menyatakan puas terhadap BPJS Kesehatan.
"Angka ini melampaui target kepuasan masyarakat yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu sebesar 75 persen," ujarnya.
Ditambahkan, persentase total sebesar 81 persen itu merupakan gabungan dari indeks kepuasan peserta terhadap layanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL), kantor cabang dan BPJS Kesehatan pusat.
Dari sisi jenis layanan, lanjut Eva, rawat jalan atau rawat inap di rumah sakit, tidak ada perbedaan tingkat kepuasan di antara keduanya. Sedangkan indeks kepuasan peserta rawat jalan dan rawat inap hampir sama tingginya, yaitu 81 persen dan 80 persen.
Sementara itu, survei yang dilakukan PT Sucofindo pada 28 Oktober hingga 30 November 2014 lalu itu untuk mengevaluasi awareness dan efektivitas iklan serta sosialisasi BPJS Kesehatan. Hasilnya menunjukkan, 95 persen dari 10.202 responden yang diambil dari 12 devisi regional di seluruh Indonesia mengenal BPJS Kesehatan dengan baik.
"Awareness masyarakat terhadap BPJS Kesehatan mengalami peningkatan. Bila di 2013 selagi masih menjadi PT Askes, awereness masyarakat hanya 58 persen, naik menjadi 95 persen pada tahun 2014," kata Direktur Komersial PT Sucofindo (Persero), Mohammad Heru Risa Chakim.
Survei ini juga menyebutkan, hal pertama dan paling diingat dari BPJS Kesehatan adalah berobat gratis disusul dengan asuransi kesehatan rakyat. Ini berarti, BPJS Kesehatan secara merek masih diasosiasikan sebagai asuransi oleh masyarakat, bukan penyelenggara jaminan sosial kesehatan.
"BPJS Kesehatan juga masih kuat diasosiasikan dengan berobat gratis, khususnya di kalangan masyarakat berpendidikan rendah, yaitu sampai dengan tamat SMP," ujarnya.
Karena itu, lanjut Heru Riza, diperlukan strategi untuk mengedukasi dan menggeser pola pikir masyarakat bahwa BPJS Kesehatan adalah sebagai pelaksana program jaminan kesehatan, bukan asuransi kesehatan. (TW)