Penyakit Kusta, Indonesia Masih di Posisi Ketiga
Indonesia masih menjadi negara dengan kasus penderita kusta tertinggi ketiga di dunia, setelah India dan Brasil. Setiap tahun ditemukan sekitar 18 ribu kasus kusta baru di Indonesia.
"Masih tingginya angka penderita kusta di Indonesia akibat ketidaktahuan, serta kurangnya kesadaran masyarakat tentang tanda penyakit kusta serta stigma terhadap penyakit tersebut," kata Sigit Priohutomo, Direktur Pengendalian Menular Langsung, Kementerian Kesehatan dalam jumpa pers, di Jakarta, Jumat (16/1), terkait Hari Kusta Internasional yang diperingati setiap 25 Januari.
Hadir dalam kesempatan itu, Ketua Komite Ahli Eliminasi Kusta Dan Eradikasi Frambusia, Hariadi Wibisono.
Sigit menjelaskan, upaya penurunan kasus kusta di Indonesia terkendala oleh kebiasaan masyarakat menghentikan pengobatan dari waktu yang ditentukan. Sehingga bakteri mycobacterium leprae penyebab penyakit kusta itu justru menjadi resisten terhadap obat-obatan yang diberikan sebelumnya.
"Obat kombinasi atau MDL ini tersedia secara gratis di Puskesmas. Tapi persoalannya, pengobatan untuk kusta itu lama mulai dari 6 bulan hingga 1 tahun. Kebanyakan mereka gagal di pengobatan sehingga transmisi infeksi kusta hingga kini masih berlangsung," ujar Sigit Priohutomo.
Ditambahkan, kendati tergolong penyakit menular, kusta sebenarnya sulit menular ke orang lain dengan kontak fisik. Hanya orang dengan pertahanan tubuh lemah yang tertular bakteri mycobacterium leprae.
"Dari 100 orang yang terkena bakteri kusta, 95 persen sehat, 3 persen terkena dan bisa sembuh sendiri. Hanya dua persen orang yang tertular kusta dan membutuhkan pengobatan," ujarnya.
Gejala kelainan diawali dengan bercak putih seperti panu atau bercak kemerahan yang mati rasa, tidak ditumbuhi bulu, tidak berkeringat, tidak gatal dan sakit. Bila dibiarkan, hal tersebut menyebabkan kecacatan pada penderitanya seperti cacat mata hingga buta, mati rasa pada tapak tangan dan kaki, jari-jari kiting, memendek dan putus-putus.
Hariadi Wibisono menambahkan, salah satu upaya pencegahan kusta pada bayi bisa dilakukan lewat imunisasi BCG, yang biasanya diberikan pada awal-awal kelahiran.
"Imunisasi BCG bukan untuk pencegahan khusus untuk kusta, tetapi untuk tuberkulosis. Tetapi fakta menunjukkan imunisasi itu bisa membantu mengurangi kemungkinan tertularnya penyakit kusta, karena bisa mencegah bakteri, termasuk bakteri penyebab kusta berkembang," ujar Hariadi menandaskan. (TW)
Materi
{jcomments on}