Pemerintah Luncurkan Gerakan "Bude Jamu"
Guna mengajak masyarakat minum jamu untuk menjaga kebugaran tubuh, Kementerian Kesehatan meluncurkan Gerakan "Bugar Dengan (Bude) Jamu". Upaya ini sekaligus ikut melestarikan warisan leluhur.
"Mari mulai kebiasaan baik minum jamu untuk kebugaran dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan," kata Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Puan Maharani usai peluncuran "Bude Jamu" di kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Jumat (23/1).
Hadir dalam kesempatan itu, Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembisa, Menteri Pariwisata, Arief Yahya, Menteri Perindusian, Saleh Husin, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Roy Sparingga dan Kepala Badan Nasional Narkoba (BNN), Anang Iskandar.
Gerakan Bude Jamu ini, lanjut Puan Maharani, akan disosialisasikan di pemerintahan dengan cara menyediakan jamu pada rapat-rapat di kantor, membuka pojok jamu di tempat-tempat umum hingga penyediaan minuman jamu di hotel-hotel.
Menurut Puan Maharani, saat ini jamu telah mengalami revolusi baik dari segi rasa, bentuk sediaan hingga manfaatnya. Dengan demikian,jamu tidak lagi dianggap sebagai minuman masyarakat kelas menengah ke bawah, tetapi semua kalangan.
"Jamu juga tidak lagi memiliki stigma negatif karena diproduksi secara sederhana dan pahit rasanya. Kini jamu dapat dinikmati semua kalangan dalam bentuk sediaan yang sangat praktis, enak, berkhasiat dan menjadi bagian dari gaya hidup," kata Puan menandaskan.
Sementara itu, Menkes Prof Nila FA Moeloek mengemukakan, nantinya pelayanan kesehatan di masa depan tak hanya menyelenggarakan pelayanan konvensional, tetapi juga pelayanan kesehatan tradisional seperti tertuang pada Peraturan Pemerintah No 103/2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional.
"Upaya ini memang butuh waktu. Karena spektrum jamu sangat luas mulai dari minuman jamu seperti beras kencur dan sinom, sampai dengan sediaan jamu untuk pengobatan," tutur Menkes.
Dikatakan, jamu yang berkhasiat meningkatkan kebugaran akan terus dikampanyekan pemanfaatannya untuk meningkatkan kesehatan. Sementara jamu yang diklaim dapat mengobati penyakit, tentunya harus melalui uji klinik yang benar.
"Saat ini ada sekitar 400 saintifikasi jamu, yaitu penyediaan data ilmiah mulai dari keamanan, khasiat, dan mutunya. Ini yang nantinya kita tindaklanjuti lewat uji klinis sehingga jamu bisa menjadi bagian dari pengobatan modern. Jamu dipakai kalangan dokter," ucap Prof Nila FA Moeloek.
Acara ditutup dengan minum jamu beras kencur dan kunyit asam bersama dengan seluruh tamu dan undangan. (TW)
{jcomments on}