KANKER: Deteksi Dini Baru Tersedia di 9000 Puskesmas
Deteksi dini penyakit kanker kini sudah bisa dilakukan di Puskesmas. Namun, karena keterbatasan dana pemerintah, fasilitas tersebut baru tersedia di 9000 Puskesmas yang tersebar di seluruh Indonesia.
"Kanker yang bisa diperiksa di Puskesmas baru 2 jenis, yaitu kanker payudara dan kanker leher rahim," kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Mohamad Subuh, dalam acara yang digelar Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN), di Jakarta, Sabtu (7/2).
Subuh mengatakan, pihaknya tahun ini menganggarkan dana sekitar Rp 86 miliar untuk pelatihan bagi tenaga kesehatan yang akan melakukan deteksi sejumlah penyakit, termasuk kanker. Sehingga nantinya, masyarakat bisa lebih peduli terhadap kesehatannya, sebagai bagian dari upaya preventif.
Ditanyakan pasien kanker di tolak sejumlah rumah sakit, Subuh mengatakan, hal itu tidak benar. Namun, diakuinya pengobatan kanker antriannya memang sangat panjang. Sehingga butuh kesabaran saat berobat di rumah sakit.
Kendati demikian, Subuh memastikan biaya pengobatan kanker akan ditanggung sepenuhnya oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
"Antriannya bahkan sampai nomor 300. Kami minta masyarakat sabar saja, karena kanker ini dokternya sangat terbatas. Belum lagi fasilitasnya hanya di rumah sakit tertentu. Sementara jumlah orang yang sakit banyak sekali," ucapnya.
Subuh mengakui, belum semua rumah sakit memiliki sarana yang baik untuk terapi, terutama untuk radioterapi sehingga terjadi penumpukan pasien di salah satu rumah sakit vertikal. Karenanya, diharapkan setiap rumah sakit punya alat radioterapi yang juga dibarengi dengan ketersediaan sumberdaya manusia.
"Pemerintah menargetkan pada 2019 di setiap propinsi memiliki alat terapi pengobatan kanker. Kalau belum tercapai, ya diperpanjang hingga lima tahun ke depan. Setidaknya ada 20 persen dari 34 propinsi sudah bagus," katanya.
Mengutip data Riskesdas 2013, prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1000 penduduk. Meningkatnya mortalitas dan morbiditas penyakit tidak menular, termasuk kanker, juga permaslahan penyakit menular yang belum selesai menjadikan Indonesia menghadapi beban ganda.
"Meski penyakit kanker dicover oleh BPJS, pihaknya berharap, masyarakat lebih mengedepankan mindset 'lebih baik mencegah daripada sakit' karena biaya tindakan preventif lebih murah daripada mengobati," kata Subuh menandaskan. (TW)
{jcomments on}