Tuberkolosis Masih Jadi Ancaman Kesehatan Indonesia
Indonesia masih menduduki peringkat keempat sebagai negara dengan beban tuberkulosis (TB) terbesar di dunia. Setiap tahunnya, 730 ribu kasus tuberkulosis terjadi di Indonesia. Bahkan setiap jam, 8 orang meninggal dunia akibat penyakit TB.
Sayangnya, hingga kini masih banyak orang yang menganggap bahwa penyakit TB tidak cukup berbahaya dibanding kanker atau penyakit jantung.
Padahal, tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri tuberkulosis, umumnya Myobacterium tuberculosis. TB menular melalui udara, sewaktu penderita batuk, bersin, meludah atau berbicara. Dari percikan dahak tersebut, mereka yang berada di sekitar penderita, bisa ikut terserang penyakit ini.
"Masalahnya, orang kita itu kalau batuk enggak pernah mau periksa ke dokter. Padahal bisa saja dia terserang TB," ujar Dr Arifin Nawas, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dalam acara "Soho #BetterU: Hari Tuberkulosis Sedunia" di Hotel Akmani, Jakarta, Rabu, 19 Maret 2014.
Penyakit TB biasanya memang diawali dengan batuk yang berkepanjangan, lalu diikuti dengan demam tinggi, menggigil, kerap berkeringat tanpa sebab di malam hari, nafsu makan yang berkurang hingga menurunnya berat badan.
Pada kebanyakan kasus, TB biasanya menyerang paru-paru dengan gejala yang lebih signifikan seperti nyeri pada bagian dada, batuk lebih dari 2 minggu dan disertai darah. Jika sudah memasuki tahap ini, pasien biasanya baru melakukan pengecekan pada dokter.
"Kalau sudah masuk tahap ini, pasien sudah harus melakukan pengobatan rutin. Minimal obat harus diminum rutin selama 6 bulan dan tidak boleh putus," ujarnya.
Padahal menurutnya jika terdeteksi lebih awal, TB bisa dicegah dengan meningkatkan sistem imun. Sebab, pada dasarnya bakteri TB yang sudah masuk ke dalam tubuh tidak dapat dihilangkan secara permanen. Bakteri hanya akan "tertidur" dan tidak menyebabkan penyakit, selama sistem daya tahan tubuh penderitanya tetap tinggi. (sj)
sumber: life.viva.co.id