BPOM: Tak Ingin Jadi "Watch Dog" Terus
Mengaku lelah menjadi "watch dog", Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Roy Sparingga mengubah paradigma lembaga yang dipimpinnya dari bersikap reaktif menjadi preventif. Untuk itu, kegiatan yang bersifat pembinaan akan diperbanyak.
"Sikap reaktif yang selama ini kami lakukan ternyata tak selalu efektif mengatasi masalah penyimpangan standar keamanan obat dan makanan. Karena hukum pun tidak membuat efek jera," kata Roy dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BPOM, di Jakarta, Senin (16/3).
Acara yang dibuka Menteri Kesehatan (Menkes) Nila FA Moeloek ini akan berlangsung hingga Kamis (19/3) mendatang.
Roy mengatakan, pihaknya selama ini lebih banyak bersikap reaktif terhadap para pelanggar standar keamanan obat dan makanan. Dalam lima tahun mendatang, sikap tersebut akan diubah ke arah preventif.
"Lima tahun mendatang kami ubah paradigma BPOM menjadi lebih proaktif. Mengajak industri baik skala besar maupun skala rumahan untuk membuat produk obat dan makanan sesuai dengan CPOB (cara pembuatan obat yang baik) dan good manufacturing practices (GMP)," ujarnya.
Karena disadari, lanjut Roy Sparingga, penegakan hukum yang seharusnya bisa membuat efek jera, ternyata tidak sesuai harapan. Karena kasus penggunaan barang berbahaya dalam obat dan makanan tetap marak setiap tahunnya.
"Pengawasan yang kita lakukan fokus memperbaiki standar cara produksi obat dan makanan. Ke depan, norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang obat-obatan akan diberikan porsi perhatian lebih besar," katanya menegaskan.
Selain itu, ditambahkan Roy, pihaknya juga akan bersinergi dengan kebijakan pangan dan obat di daerah, ketersediaan sumber daya manusia yang memadai, dan anggaran pembinaan yang cukup. (TW)