Hari Tuberculosis Sedunia, JK: RS Penuh Tanda Kesehatan Buruk
Dalam memperingati hari Tuberculosis (TB) sedunia, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyampaikan bahwa penuhnya rumah sakit merupakan satu indikator yang buruk dari kesehatan lingkungan sekitarnya.
"Kalau suatu rumah sakit (RS) penuh pasien maka bisa dipastikan lingkungan di daerah tempat RS itu buruk," kata JK dalam pidatonya memperingati hari Tuberculosis sedunia di Istana Wakil Presiden, Selasa (24/3).
JK berpendapat, suatu daerah dapat dikatakan tidak sehat dari lingkungan dari beberapa indikator tertentu. Hal tersebut, katanya, dapat dilihat dari kondisi dan perlakuan masyarakat setempat terhadap sanitasi dan pengairan. Selain itu, bisa terlihat dari bagaimana kondisi selokan di suatu tempat.
Kondisi lingkungan yang tidak sehat bisa turut berdampak pada penyebaran penyakit TB. Oleh karena itu, JK meminta ada usaha yang intensif dalam menjaga lingkungan dan mengubah kebiasaan seseorang sehingga lebih mencintai lingkungan sendiri. JK mengatakan bukanlah suatu contoh yang baik jika seseorang yang kedapatan mengidap penyakit langsung memutuskan konsumsi obat. Upaya preventif dinilai lebih penting dari konsumsi obat secara berlebihan.
Untuk penyelesaian masalah kesehatan dan pemberantasan TB agar lebih intensif, JK meminta kerjasama dengan seluruh pengawas dan petugas kesehatan serta masyarakat. Menurut Kalla, kerjasama antara masyarakat dan pemerintah yang aktif dapat memperkecil angka penderita TB di Indonesia.
Dilansir dari situs tbindonesia.or.id, sejak 1997 hingga 2004, puncak pelaporan kasus penderita TB di Indonesia terjadi pada 1996 dan 2001. Pada 2001 tingkat pelaporan kasus TB meningkat dari 43 menjadi 81 per 100.000 penduduk. Menurut data situs, jika dilihat dari usia atau umur, kebanyakan penderita TB berasal dari kelompok lansia, yakni berusia 55 hingga 64 tahun. Sementara itu, tingkat kematian TB rata-rata di Indonesia sebesar 64.000 per tahun atau 175 orang per hari. (utd)
sumber: http://www.cnnindonesia.com