Menkes Bantah Ada Kasus MERS di Indonesia
Menteri Kesehatan Indonesia Prof. Dr. dr. Nila F. Moeloek SpM (K) membantah adanya kasus MERS di Indonesia. Tetapi ia telah menggalakkan sosialisasi hidup sehat dan meminta seluruh warga yang merasa kesehatannya memburuk sekembalinya dari negara-negara Timur Tengah untuk waspada dan memeriksakan kesehatan mereka.
Sebuah rumah sakit khusus infeksi juga telah ditunjuk sebagai rujukan menangani orang-orang yang mungkin tertular MERS.
"Dulu memang pernah ada, tetapi sekarang tidak," demikian penegasan yang disampaikan Menteri Kesehatan Indonesia Nila F. Moeloek ketika dihubungi melalui telepon oleh VOA.
Diakuinya bahwa penyakit yang menular lewat udara ini memang rentan merebak di Indonesia karena banyaknya warga yang melakukan ibadah umroh dan haji, atau pulang kampung setelah masa kerja sebagai pekerja migran di negara-negara Timur Tengah habis. Itulah sebabnya kini Departemen Kesehatan kembali menggalakkan kampanye pola hidup sehat lewat media cetak dan elektronik, serta memasang poster-poster di bandara dan pelabuhan utama.
"Ini kan penyakit yang berasal dari Timur Tengah, dan warga kita banyak yang naik haji dan umroh dan sebagainya, sehingga membuat kita khawatir. Mereka yang pulang haji atau umroh masuk dari pelabuhan atau bandara tertentu, kita sudah semakin lebih hati-hati melakukan pengawasan. Kita berulangkali umumkan dan minta mereka yang memiliki suhu tubuh di atas rata-rata sepulangnya dari negara-negara itu untuk segera diperiksa dan diobservasi kesehatannya. Kami juga sosialisasikan kembali pola hidup bersih misalnya rajin-rajin mencuci tangan, jika daya tahan tubuh turun maka harus hati-hati dan berdiam di rumah saja, jika kita flu mohon gunakan masker atau penutup wajah, dan jika terpaksa sekali harus ke rumah sakit yaa tidak usah dekat-dekat dengan orang yang sedang sakit, terutama jika positif MERS," paparnya.
MERS atau Middle East Respiratory Syndrome atau penyakit virus pernafasan akut Timur Tengah ini merupakan jenis baru penyakit akibat virus "corona" jenis baru yang pertama kali dilaporkan terjadi di Arab Saudi bulan September 2012.
Hampir serupa dengan SARS atau sindrom pernafasan akut yang pernah merebak di kawasan Asia tahun 2003, MERS juga menyerang saluran pernafasan, dengan gejala demam, batuk dan sesak nafas akut yang jika tidak tertolong akan berakhir dengan kematian. Sejauh ini semua kasus MERS dikaitkan dengan negara-negara di dekat Semenanjung Arab. Tetapi kini kasus MERS juga ditemukan di Korea Selatan.
Hingga laporan ini disusun sudah ada 87 kasus MERS di Korea Selatan, termasuk enam pasien yang meninggal dunia. Mengingat penularan MERS yang lebih cepat dan sulit dideteksi – yaitu lewat udara – pemerintah Korea Selatan telah melakukan karantina terhadap lebih dari dua ribu orang yang diketahui pernah berhubungan dengan ke-87 pasien tersebut. Mereka baru dinyatakan bebas MERS jika berhasil melalui masa inkubasi 14 hari tanpa gejala penularan.
Hari Senin (8/6) ini lebih dari dua ribu sekolah ditutup dan ratusan acara – termasuk darmawisata sekolah dan kompetisi olahraga menjelang akhir tahun ajaran sekolah – dibatalkan. Pemerintah Korea Selatan juga mengumumkan enam rumah sakit rujukan dan 24 klinik khusus MERS. Sementara WHO mengirim tim-nya ke Korea Selatan untuk membantu mengatasi penyebaran wabah lebih jauh.
Indonesia – menurut Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek – juga telah mempersiapkan rumah sakit khusus penyakit infeksi RSPI Sulianti Saroso di daerah Sunter Jakarta Utara sebagai rumah sakit rujukan penyakit MERS. Rumah sakit ini juga memiliki laboratorium khusus dan unit karantina.
"Sudah disiapkan rumah sakit khusus infeksi – RSPI Sulianti Saroso. Jika memang ada maka pasien akan dirujuk dan diperiksa disana. Kita juga ada BCLT – semacam laboratorium khusus virus. Sebenarnya virus ini tidak mudah menular antar manusia dan bisa ditangani segera begitu diketahui," ujar Nila.
Tetapi Nila F. Moeloek juga meminta masyarakat tidak panik karena kunci pemberantasan penyakit mudah menular sejenis MERS ini sesungguhnya ada pada pola hidup sehat. Mencuci tangan, tinggal di rumah jika sakit dan menggunakan masker jika terpaksa keluar rumah, serta segera ke rumah sakit jika mengalami gejala demam dan batuk pilek parah yang tidak sembuh dengan penanganan biasa. Terlebih jika baru kembali dari perjalanan ke Timur Tengah atau berhubungan dengan orang-orang yang baru kembali dari Timur Tengah.(voa/A-147)***
sumber; http://www.pikiran-rakyat.com/