Kesiapan Tenaga Kesehatan Jadi Kunci Ketahanan Indonesia terhadap MERS
Setelah kasus MERS-CoV pertama di luar Timur Tengah terkonfirmasi di Korea Selatan dan pertama kali di Asia Tenggara terjadi di Thailand, Indonesia perlu semakin waspada. Kesiapan tenaga kesehatan untuk mencegah penularan dan menangani pasien yang tertular menjadi kunci ketahanan Indonesia.
Salah satu daerah yang sangat rentan menjadi tempat penularan virus MERS-CoV dari luar negeri adalah Jakarta. "DKI berpotensi besar. Hal itu bisa dilihat dari jumlah perjalanan ke Arab Saudi melalui Cengkareng (Bandara Soekarno-Hatta)," kata Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof Dr Sulianti Saroso, Fatmawati, saat membuka seminar "MERS-CoV Update bagi Petugas Kesehatan Se-DKI Jakarta", Rabu (24/6), di Jakarta.
Seminar diselenggarakan RSPI Prof Dr Sulianti Saroso serta dihadiri dokter dan tenaga kesehatan lain dari seluruh DKI Jakarta. Tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan tenaga kesehatan se-DKI Jakarta terhadap MERS-CoV, termasuk langkah-langkah jika seorang pasien diduga terinfeksi virus tersebut.
Fatmawati mengatakan, RSPI Prof Dr Sulianti Saroso sebagai pusat rujukan nasional untuk penyakit infeksi sudah siap siaga menghadapi kemungkinan penularan MERS-CoV sejak virus pertama kali ditemukan di Arab Saudi. Hal ini mengingat banyak warga negara Indonesia pergi ke negara tersebut, antara lain untuk ibadah haji dan umrah.
Pihak RSPI pun sudah memperkuat para anggota staf dari garda terdepan hingga penanganan terakhir pasien. Salah satunya melalui simulasi kedaruratan jika terjadi wabah infeksi setiap enam bulan sekali. "Mulai dari petugas keamanan, operator telepon, petugas registrasi, para dokter, perawat, hingga petugas kebersihan, semua sudah tahu prosedurnya," ujar Fatmawati.
RSPI sudah berpengalaman merawat pasien diduga MERS-CoV. Pada 2014, terdapat 12 orang diduga terinfeksi MERS-CoV dan semuanya dinyatakan negatif. Kemudian, tahun ini, RSPI menangani lima pasien. Empat orang dinyatakan negatif, sedangkan satu pasien masih menunggu hasil uji laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.
Pasien laki-laki berusia dua tahun ini masuk ke ruang isolasi di RSPI Prof Dr Sulianti Saroso sejak Senin lalu. Pasien ini adalah orang pertama di Indonesia yang diduga tertular MERS-CoV dari Korea Selatan. Para terduga sebelumnya yang dirawat RSPI dan sudah dinyatakan negatif MERS-CoV memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah.
Direktur Medik dan Keperawatan RSPI Prof Dr Sulianti Saroso, Rita Rogayah, yakin RSPI mampu mencegah penularan penyakit pada orang-orang di kawasan RSPI karena Indonesia sudah lebih waspada. Seperti diberitakan, MERS-CoV menyebar di area rumah sakit di Korea Selatan, dari pasien di satu ruangan ke pasien di ruangan lain. "Mungkin penduduk Korea Selatan yang beribadah ke Arab Saudi sedikit sehingga tidak menyangka dan pemerintah di sana kurang siap," ujar Rita.
Hingga 22 Juni, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus MERS-CoV di Korea Selatan mencapai 171 kasus positif dengan angka kematian 27 kasus. Di Thailand, satu kasus positif dilaporkan pada 18 Juni. Sementara itu, menurut data global WHO hingga 19 Juni, terdapat 1.338 kasus positif dengan kematian mencapai 475 kasus.
MERS-CoV (Sindrom Pernapasan Timur Tengah) merupakan penyakit akibat virus korona baru (novel corona virus) yang menyerang saluran pernapasan dan menimbulkan gejala ringan hingga berat dengan masa inkubasi 2-14 hari. Penyakit bisa semakin parah jika penderita memiliki penyakit penyerta (komorbid), seperti penyakit paru kronik dan penyakit jantung kronik.
Virus MERS-CoV yang baru pertama kali ditemukan di Arab Saudi pada 2012 stabil pada suhu 20-40 derajat celsius dan kelembaban rendah. Virus ini berbeda dengan virus SARS yang juga tergolong virus korona dan mampu menimbulkan pneumonia berat.
sumber: http://print.kompas.com/