Cegah Virus MERS Merebak, Bandara Jadi Tempat Simulasi Kemenkes
Berbagai kejadian darurat kesehatan terjadi di Indonesia sejak satu dasawarsa terakhir. Misalnya SARS di tahun 2002, flu burung di tahun 2005, pandemik influenza H1N1 di tahun 2009, dan penyebaran polio serta virus ebola di tahun 2014.
Belum selesai gaung kejadian darurat kesehatan tersebut, baru-baru ini Indonesia terpapar isu merebaknya virus MERS CoV yang membuat masyarakat khawatir mengenai dampak penyebarannya.
Hingga saat ini, tercatat beberapa negara Asia telah menyiapkan diri menghadapi dampak penyebaran virus MERS. Hal itu dilakukan karena potensi wabah dapat terjadi kapan saja.
Tercatat, risiko terbesar masuknya virus MERS terjadi di tempat pintu masuk negara, seperti bandara. Risiko penyebaran virus dari tempat itu cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
Kementerian Kesehatan pun menyadari hal tersebut. Sebagai salah satu gerbang utama masuknya virus, bandara memang tempat penting yang harus dilindungi.
Atas dasar itu, kegiatan simulasi kesiapsiagaan dan penatalaksanaan MERS CoV diselenggarakan Kementerian Kesehatan di Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (3/7/2015) lalu.
Menurut Menteri Kesehatan Prof. Dr.dr. Nila F Moeloek, Sp.M.(K), kegiatan simulasi tersebut bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan menangani risiko penyebaran virus MERS.
"Sangat penting bagi sektor kesehatan untuk memastikan cara melakukan pencegahan dan pendeteksian dini, jika ada kasus yang masuk melalui pintu masuk negara," ujar Nila F Moeloek dalam sambutannya.
Kegiatan sosialisasi tersebut, menurut Menkes, sangat diperlukan, mengingat sistem kesehatan nasional yang mampu mencegah penyebaran virus MERS sudah menjadi kebutuhan mendesak kini.
Melalui kegiatan sosialisasi dan gerakan waspada MERS CoV yang dilakukan, Indonesia sebagai bagian dari komunitas internasional telah ikut bertanggungjawab menjaga kawasan regional dan global dari penularan virus MERS.
Selain itu, kepentingan nasional bangsa Indonesia pun dapat terlindungi.
Di samping itu, Menkes melanjutkan, dukungan semua pihak untuk ikut menyebarkan informasi virus MERS sangat penting dilakukan.
Sebab, dengan proses edukasi tersebut, masyarakat diharapkan paham mengenai risiko penyakit berbahaya yang telah berkembang luas di berbagai negara di dunia itu.
Selain kegiatan sosialisasi pencegahan virus MERS yang digelar di Bandara Soekarno-Hatta, Menkes pun menyatakan tempat-tempat vital lain yang berpotensi menyebarkan virus MERS turut menjadi perhatian. Contohnya pelabuhan atau pos lintas batas negara.
Selain itu, kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang diduga terjangkit virus juga menjadi penting. Itu berguna agar pasien yang diduga terpapar virus mendapat diagnosa dan penanganan yang tepat.
Sementara untuk tindakan pencegahan virus MERS yang dapat dilakukan sehari-hari, Menkes menyatakan beberapa cara yang dapat dilakukan.
"Dengan membiasakan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, menutup mulut dan hidung saat bersin atau batuk, serta selalu menggunakan masker saat flu," ujarnya.
Di sisi lain, virus MERS tercatat mengalami perkembangan signifikan di negara-negara jazirah Arab. Oleh karena itu, Menkes memberi perhatian khusus pada jemaah umrah dan haji asal Indonesia. Sebab mereka mempunyai risiko tertular virus MERS lebih besar.
Hingga saat ini jumlah jamaah umrah asal Indonesia mencapai 6 ribu orang per bulan, sementara jamaah haji mencapai 168 ribu per bulan.
Angka tersebut belum termasuk TKI yang bekerja di beberapa negara lain yang rawan terjangkit virus MERS, seperti Korea Selatan, Tiongkok, dan Thailand.
Kementerian Kesehatan pun sampai saat ini terus melakukan berbagai upaya agar Indonesia siap siaga menghadapi penyebaran virus MERS.
Dengan berbagai langkah penanganan yang tepat, potensi risiko penyebaran virus MERS dapat dicegah sejak dini.
sumber: http://www.tribunnews.com