Indonesia Jadi Anggota Penanganan Epidemi Asia Pasifik
Indonesia secara resmi ditunjuk menjadi wakil ketua atau Co-Chair Technical Advisory Group Asia Pasific Strategy on Emerging Infectious Diseases/EID (APSED) pada pertemuan Badan Kesehatan PBB atau WHO 21-23 Juli 2015 di Manila.
Salah satu topik yang dibahas dalam pertemuan dengan perwakilan negara-negara anggota WHO Asia Tenggara dan Pasifik Barat adalah kemungkinan penggabungan penanganan IHR, EID dan Humanitarian Health Crisis karena bencana alam dalam satu unit, dan menangani agenda keamanan kesehatan global.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama yang mewakili Indonesia di pertemuan itu, menuturkan bahwa dalam pertemuan tersebut, Indonesia banyak belajar mengenai cara penanggulangan epidemi dari Korea Selatan.
Kementerian Kesehatan Korea Selatan menampilkan beberapa fakta tentang virus sindrom Pernapasan Timur Tengah atau MERS Co-V di negara mereka, yang menjadi pelajaran bagus untuk negara lain.
"Korea Selatan menyampaikan analisa penting tentang kenapa MERS Co-V di negara itu meluas dan jadi masalah besar," kata Tjandra dalam keterangan tertulisnya, Selasa 21 Juli 2015.
Meluasnya MERS Co-V di Korea Selatan, kata Tjandra, diakibatkan kurang cepatnya upaya mendeteksi kontak yang mungkin sudah tertular. "Terlalu sempitnya definisi kontak, sehingga kurang banyak yang dikejar untuk dicek sebagai kontak," ujarnya.
Selain itu penularan di rumah sakit banyak terjadi karena penuhnya pengunjung ruang gawat darurat, dan juga bangsal rumah sakit yang diisi beberapa tempat tidur sekaligus. Selain itu, kebiasaan ada penunggu pasien yang ikut tinggal di rumah sakit juga memicu luasnya penyebaran epidemi.
"Sejumlah 81 kasus atau sebanyak 44% MERS Co-V di Korea adalah sebenarnya orang yang datang atau dirawat di rumah sakit karena sakit yang lain, lalu karena mereka kebetulan ada di rumah sakit yang sama dengan pasien MERS Co-V maka mereka jadi tertular. Jadi mereka akhirnya dirawat dengan dua penyakit sekaligus," kata dia.
Lalu, Kebiasaan pasien biasanya berobat ke satu dokter, lalu beberapa hari kemudian pindah ke dokter lain, lalu pindah lagi ke dokter lain juga turut berkontribusi.
Tjandra menjelaskan, total ada 186 kasus MERS Co-V di Korea, 36 diantaranya meninggal. Secara total mereka menangani, memeriksa dan mengkarantina 16.668 orang sebagai kontak untuk mendeteksi kemungkinan penularan luas di masyarakat.
sumber: http://life.viva.co.id/