Bencana Asap: Penderita ISPA di 6 Provinsi Capai 307 Ribu Orang
Kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan telah menimbulkan masalah kesehatan. Kementerian Kesehatan mencatat ada 307 ribu orang terkena infeksi saluran napas akut (ISPA) selama kurun waktu 29 Juni - 5 Oktober 2015 di 6 provinsi di Indonesia.
"Selama kabut asap masih terjadi, gangguan pernapasan, seperti ISPA dan iritasi mata akan terus meningkat," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Nila FA Moeloek kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (6/10).
Penyakit lain yang mungkin timbul dari bencana asap tersebut, Menkes mengingatkan, seperti diare lantaran keterbatasan air bersih dan sanitasi buruk. Hal itu akan jadi ancaman selama wilayah tersebut tidak turun hujan.
Hadir dalam kesempatan itu Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Kemenkes Achmad Yurianto, presenter Andi F Noya dan relawan dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Akmal.
Menkes merinci 307.360 kasus ISPA yang terjadi di 6 provinsi, yaitu Riau sebanyak 45.668 kasus, Jambi 69.734, Sumatera Selatan 83.276, Kalimantan Barat 43.477, Kalimantan Selatan 29.104, dan Kalimantan Tengah 36.101 kasus.
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kemkes mencatat, jumlah penderita ISPA akibat kabut asap rata-rata meningkat sekitar 15 - 20 persen. Peningkatan terjadi dalam tiga minggu terakhir ini.
"Kondisinya bakal makin mengkhawatirkan, jika asap tidak bisa ditanggulangi," katanya.
Sementara itu, status Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) hingga 5 Oktober 2015 tercatat, Riau sebesar 395,63 (level berbahaya), Jambi 585,27 (berbahaya), Sumatera Selatan 880,85 (berbahaya), Kalimantan Barat 44,16 (baik), Kalimantan Selatan 55,46 (sedang), dan Kalimantan Tengah 763,09 (berbahaya).
Menkes mengatakan, pihaknya sudah mengirimkan 27.595 ton bantuan ke delapan provinsi terdampak, berupa masker, oxycan, paket obat untuk ISPA, diare, tetes mata, dan vitamin.
Untuk mencegah dampak kesehatan yang meluas, menkes minta masyarakat, terutama yang berisiko tinggi seperti anak-anak, lansia, ibu hamil, dan yang sudah sakit, agar tidak keluar rumah bila tidak mendesak.
"Sebisa mungkin hindari kabut asap tebal, sebab meski sudah menggunakan masker, potensi anak-anak terpapar asap tetap tinggi. Selain itu, dianjurkan menjaga fisik atau kekebalan tubuh, sehingga tidak mudah sakit,"tutur Nila.
Menkes juga minta pemerintah daerah terdampak untuk selalu memperbaharui status ISPU, serta mengumumkannya kepada masyarakat. Sehingga kondisi udara tidak sehat bisa dihindari masyarakat.
Sementara itu, relawan penanggulangan bencana dari Fakultas Kedokteran Undip, Akmal mengatakan, saat ini mahasiswa kedokteran di seluruh Indonesia membuka crisis center untuk mengumpulkan dana.
Dana tersebut disalurkan ke mahasiswa kedokteran daerah terkena bencana asap. Para mahasiswa turun ke jalan untuk mendistribusikan masker, obat tetes mata, dan memberikan edukasi cara mencuci hidung. (TW)
{jcomments on}