Hari Kesehatan Nasional, Ini Harapan Dokter Indonesia
Masyarakat Indonesia di setiap tanggal 12 November memperingati Hari Kesehatan Nasional sebagai momentum untuk melihat dan mengusahakan kemajuan negara di bidang kesehatan. Mantan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Prof dr Tjandra Yoga Aditama mencoba mengutarakan saran untuk perbaikan aspek kesehatan di Tanah Air.
“Saran paling dasar adalah terus menggalakkan masyarakat hidup sehat, makan bergizi, olahraga, istirahat cukup, kelola stres. Ini penting bukan hanya karena mencegah jauh lebih baik dari mengobati, tapi juga karena masyarakat kita secara umum relatif siap menerima informasi baik,” tulisnya dalam pesan elektronik yang diterima okezone.com, Kamis (11/11/2015).
Hal yang kedua, menurut dia adalah membuat aturan-aturan yang mendukung hidup sehat. Seperti Car Free Day, yang juga sudah banyak dilakukan kota-kota besar di dunia. Lalu aturan ketat merokok di tempat umum seperti di New York dan Singapura. Atau meniru Jepang yang detil pada aturan mengurangi gula dalam sachet dan menerapkan pemilahan sampah hingga di rumah tangga.
“Ketiga meningkatkan penyediakan fasilitas untuk masyarakat menghentikan kebiasaan buruk bagi kesehatannya. Misalnya klinik berhenti merokok yang sekarang mulai ada, sarana stop ketergantungan alkohol, klinik gizi sehat, dan lainnya,” tulis ahli paru yang saat ini bekerja sebagai Regional Coordinator di WHO South East Asia Regional Office.
Ia juga mengharapkan adanya anjuran giat dan permudahan untuk masyarakat memeriksakan kesehatannya secara berkala dan teratur. “Katakanlah setahun sekali untuk orang dewasa. Kegiatan bisa dilakukan baik di klinik, Puskesmas, dan RS, atau langsung di desa atau RW masing-masing seperti halnya Posyandu dan Posbindu sekarang ini,” sarannya.
“Berikutnya adalah mengkaitkan kebijakan lain terkait kesehatan, misalnya penerimaan murid SD harus menyertakan bukti sudah selesai imunisasi lengkap, hubungan pembangunan gedung baru dengan pencegahan Sick Building Syndrome, jaminan sanitasi pada pembangunan ruko, dan sebagainya,” sambungnya.
Dirinya pun menuliskan, sesuai Deklarasi Alma Ata 1978 dan WHO Report 2008 “Primary Health Care, Now More Than Ever”, maka pelayanan kesehatan primer menjadi fundamental penting pada peningkatan derajat kesehatan masyakat dunia. Sistem pelayanan kesehatan dari primer hingga tersier pun harus bisa proaktif, terjangkau, dan bermutu dengan didukung staf, peralatan, dan teknologi mutakhir.
“Demikian sekedar analisa yang ada, memang lebih bayak yang sebaiknya ke arah promotif preventif, baru pada ke arah kuratif,? yang semuanya ditunjang dengan sistem jaminan kesehatan nasional (JKN) sekarang ini,” jelasnya.
sumber: http://www.hariandepok.com