Peringatan Hari AIDS: Kemkes Gelar Pemeriksaan VCT Gratis di Pelabuhan Tanjung Priok
Kementerian Kesehatan (Kemkes) gelar pemeriksaan HIV/AIDS melalui VCT (voluntary counseling testing) secara gratis bagi warga dan pekerja di lingkungan pelabuhan Tanjung Priok. Kegiatan itu merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap 1 Desember.
Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM), Ditje Pengendalian penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemkes, Lily Sulistiowaty, di Terminal Penumpang Nusantara Pura II, Pelabuhan Tanjung Priok, Kamis (3/12) menuturkan, pilihan lokasi di pelabuhan karena pintu masuk orang dari berbagai daerah tersebut sehingga rawan terhadap penyebaran HIV/AIDS.
"Kami sosialisas ke masyarakat setempat untuk aktif melakukan pencegahan terhadap HIV dengan berperilaku sehat. Lewat pemeriksaan gratis, diharapkan mereka yang berisiko bisa mengetahui status HIV-nya. Sehingga bisa berobat dan tak menulari orang lain," ucap Lily.
Ditambahkan, pemeriksaan dilakukan secara sukarela. Namun, pada kelompok pekerja yang berisiko di lingkungan prlabuhan diminta untuk mengikuti pemeriksaan VCT.
Kegiatan ini menyasar pihak – pihak yang bekerja di Pelabuhan Tanjung Priok, seperti ABK (Anak Buah Kapal) & nahkoda, TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat) Pelabuhan Tanjung Priok, supir dan kenek mobil kontainer, tukang ojek di Pelabuhan Tanjung Priok, WPS (Wanita Pekerja Seks) di wilayah Pelabuhan Tanjung Priok dan sekitarnya.
Selain itu instansi pemerintah, BUMN dan BUMS yang berada di wilayah Pelabuhan Tanjung Priok, asosiasi yang berada di wilayah Pelabuhan Tanjung Priok juga diperkenankan untuk memeriksakan dirinya.
Lily mengutip data Komisi Penanggulangan AIDS 2013 yang menyebutkan, jumlah penderita HIV/AIDS di wilayah Jakarta Utara sebanyak 846 kasus. Pada 2014 terjadi penurunan menjadi 645 kasus dan hingga September 2015 tercatat ada sebanyak 316 kasus.
Dijelaskan, strategi penanggulangan HIV/AIDS ditujukan untuk mencegah dan mengurangi risiko penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA (orang dengan HIV/AIDS), serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat.
"Sehingga ODHA bisa tetap produktif dan bermanfaat untuk pembangunan," kata Lily menegaskan.
Untuk keberhasilan program pencegahan dan pengobatan diperlukan peran aktif dari kelompok populasi kunci. Yakni, orang-orang berisiko tertular atau rawan tertular karena perilaku seksual berisiko yang tidak terlindung, bertukar alat suntik tidak steril dan ODHA. (TW)
{jcomments on}