Juni: MERS Sampai ke Korea Selatan, Indonesia Ikut Siaga
Secara mengejutkan, wabah Middle East Respiratory Syndrome (MERS) merebak juga hingga ke Korea Selatan. Meski sebelumnya MERS pernah dilaporkan muncul di Tiongkok dan Filipina, namun wabah yang terjadi di Korea Selatan bisa jadi yang terburuk di Asia sepanjang tahun 2015.
Wabah ini diduga muncul dari seorang pasien laki-laki berumur 68 tahun yang baru saja pulang dari Timur Tengah. Ia awalnya hanya memeriksakan diri di rumah sakit karena keluhan lain, dan tentu saja tidak ditempatkan di ruang isolasi karena tidak diketahui membawa virus pemicu MERS di tubuhnya.
Namun sembilan hari kemudian, barulah ia dipastikan terjangkit virus pemicu MERS atau virus corona, dan proses isolasi sudah terlambat dilakukan karena akibat kontak dengan pria ini, dua pasien dinyatakan meninggal dunia.
Selama terjadinya wabah yang berlangsung pada bulan Mei-Juli 2015 itu tercatat terjadi 186 kasus dengan jumlah korban meninggal sebanyak 36 orang. Bahkan Korea Selatan juga mengkarantina lebih dari 1.800 orang di rumah sakit-rumah sakit tertentu, serta menutup lebih dari 700 sekolah.
Menariknya, sempat beredar kabar bahwa beberapa pasien MERS di Korea berkewarganegaraan Indonesia, yakni 5 orang TKI. Tetapi hal ini disanggah Kemenkes yang mengaku telah mengecek ke sejumlah instansi terkait di Korea, seperti Kemenkes, Kedubes Indonesia di Seoul dan Kedubes Korea di Jakarta.
Kemudian muncul lagi isu seorang balita laki-laki berusia dua tahun yang diduga terjangkit virus MERS setelah pulang berlibur dari Korea bersama keluarganya. Pasalnya sepulang dari Korea, ia mengalami demam, sehingga kemudian segera dirujuk ke rumah sakit, lalu diisolasi di RSPI Sulianti Suroso, Jakarta.
"Pihak keluarganya mengerti kalau gejala demam itu, apalagi dari Korea Selatan. Mereka waspada," kata dr Ida Bagus Sila, Ketua Tim Emerging and Re-emerging Disease RSPI Sulianti Saroso menanggapi hal tersebut.
Beruntung setelah menjalani serangkaian tes, bocah berinisial M itu diketahui negatif MERS. "Hasil polymerase chain reaction (PCR) pasien yang tadinya dididuga MERS CoV di RSPI Sulianti Suroso a/n M adalah negatif MERS CoV dan Influenza, demikian juga pemeriksaan pada kontak juga hasilnya negatif," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan saat itu, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), DTM&H, MARS DTCE.
Prof Tjandra menambahkan gejala klinis pada pasien juga tidak sesuai dengan gejala pasien MERS CoV, dan di Korea sendiri tidak terbukti terjadi penularan pada masyarakat luas, artinya penularan
Pihak RSPI Sulianti Suroso menambahkan sepanjang tahun 2015 sudah ada 4 pasien suspek MERS yang pernah dirawat. Keempatnya punya riwayat dari Timur Tengah dan sudah diperbolehkan pulang karena terbukti negatif.
Dalam kesempatan terpisah, menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) Dr H. Mohamad Subuh, MPPM, data menunjukkan setidaknya setiap tahun ada 750 ribu warga Indonesia yang pergi umroh dan 250 ribu yang pergi haji, ditambah dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan pebisnis total jumlah yang bepergian dari Indonesia ke Timur Tengah bisa mencapai 2 juta orang per tahun.
"Enggak ada negara sebesar Indonesia yang penduduknya itu datang ke daerah infeksi dengan waktu yang lama. Jemaah haji terbesar di dunia, umrah terbesar di dunia, tenaga kerja terbesar juga di dunia. Kita potensi tinggi terhadap penyebaran," kata Subuh.
Akan tetapi antisipasi telah dilakukan semenjak wabah ini pertama kali muncul di tahun 2012, dan terbukti belum ada satu pun kasus yang tercatat terjadi pada warga Indonesia.(lll/up)
sumber: http://health.detik.com