Waspadai Terjadinya KLB DBD Selama Januari-Februari
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Mohamad Subuh mengingatkan kepala daerah untuk menjaga kebersihan lingkungan jelang musim penghujan pada Januari dan Februari. Mengingat, ada kecenderungan peningkatan kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) pada dua bulan tersebut.
"Hampir semua daerah di Indonesia belum bebas dari kasus DBD. Kami ingatkan untuk aktif membersihkan lingkungan minimal 1 kali seminggu," kata Subuh dalam penjelasan kepada wartawan, di Jakarta, Selasa ( 12/1).
Pada kesempatan itu, Subuh didampingi Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Vensya Sitohang.
Subuh menjelaskan pentingnya bersih-bersih lingkungan satu kali seminggu, karena masa inkubasi nyamuk dari telor menjadi nyamuk dewasa dibutuhkan waktu selama 8 hari. Jika lingkungan dibersihkan kurang dari waktu itu, maka peluang menjadi nyamuk dewasa akan hilang.
"Yang terpenting, bersihkan lingkungan yang bisa membuat air tergenang di musim hujan. Karena air tergenang akan menjadi tempat untuk perkembangbiakan telur nyamuk," ujarnya.
Subuh menambahkan, sejak Oktober 2015 lalu pihaknya sudah mengirimkan surat kepada kepala daerah se-Indonesia untuk meningkatkan kesadaran atas kemungkinan terjadinya KLB DBD di daerah-nya masing-masing. Apalagi, data badan kesehatan dunia WHO menunjukkan potensi penduduk terkena DBD masih sekitar 40 persen.
"Hanya satu kabupaten yang tercatat bebas kasus DBD, yaitu Mojokerto, di Jawa Timur. Karena bupatinya rajin menggelar pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3 M Plus di wilayahnya," ucap Subuh.
Disebutkan, dalam lima tahun terakhir di indonesia, setiap tahun terjadi KLB berkisar antara 4-103 kejadian dengan kasus antara 630-8.056. Jumlah kematian tercatat ada 1-144 orang.
Menurut Subuh, terjadinya KLB DBD di Indonesia berhubungan dengan berbagai faktor risiko, yakni lingkungan yang masih kondusif untuk terjadinya perindukan nyamuk aedes spp, terbatasnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya PSN 3 M Plus.
Faktor lainnya, disebutkan, adanya perluasan daerah endemik akibat perubahan dan manipulasi lingkungan yang terjadi karena urbanisasi dan pembangunan tempat permukiman baru. Dan meningkatkan mobilitas penduduk.
Pengendalian penyakit DBD, menurut Subuh, bisa dilakukan dengan penemuan dini kasus DBD dengan pengobatan segera. Serta melakukan fogging pada radius 100 meter ditemukannya kasus DBD.
"Pemilihan jenis insektisida juga perlu diperhatikan, dengan rotasi tiga tahunan. Setiap tiga tahun, pergunakan insektisida yang berbeda untuk menghindari resistensi nyamuk pada insektisida tersebut," ucap Subuh menandaskan. (TW)
{jcomments on}