Tim Bedah RSCM Berhasil Pisahkan Bayi Kembar Siam Dempet Perut dan Panggul
Tim bedah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) berhasil memisahkan bayi kembar siam dalam kondisi dempet perut dan panggul. Setelah menjalani operasi selama 16 jam, sejak Selasa (26/1) malam hingga Rabu (27/1) dini hari, bayi bernama Dwi Mustika Wardani dan Tri Tiara Wardani itu kini dalam kondisi stabil.
"Kedua bayi tersebut kini dalam perawatan intensif dalam inkubator. Kondisinya dalam keadaan stabil," kata Reyna Dwi Restuti,
Direktur medis dan Keperawatan, RSCM dalam penjelasannya kepada wartawan, di Jakarta, Rabu (27/1).
Bayi dwi dan tri adalah putri pasangan Yana (32) dan Purwanah (29) warga Kuningan, Jawa Barat. Bayi tersebut adalah kembar siam jenis conjoined twin ischiopagustetrapus, yang menyatu dalam perut dan panggul. Yang mana usus besar dan kandung kemih hanya ada satu.
"Sementara organ lain seperti hati, kantung empedu, limpa, ginjal dan usus halus masing-masing bayi terpisah," tutur Reyna.
Proses operasi yang melibatkan 50 dokter spesialis dan puluhan tenaga medis itu dilakukan dalam 4 tahap. Pertama, dilakukan pelepasan tulang panggul yang menyatu itu oleh tim orthopedi.
Selanjutnya, tim bedah anak melakukan operasi pemisahan usus besar dan membuat lubang pembuangan yang baru pada dinding perut. Operasi tahap ketiga, dilakukan tim urologi untuk memisahkan kandung kemih dan pembuatan lubang kencing pada dinding perut.
"Operasi tahap keempat dilakukan oleh tim bedah plastik untuk menutup lapisan kulit yang terbuka pasca operasi pada masing-masing bayi sehingga kelihatan rapi," tuturnya.
Sastiono, dokter spesialis bedah anak yang menjadi ketua tim operasi pemisahan itu menambahkan, bayi dwi dan tri sudah mulai ditangani RSCM sejak 8 bulan lalu. Bayi tersebut adalah pasien rujukan dan RSUD 45 Kuningan.
"Segera setelah bayi itu dilahirkan langsung dirujuk ke RSCM hingga 8 bulan terakhir ini. Selama masa perawatan itu, bayi dilakukan observasi yang melibatkan 50 dokter untuk proses pemisahannya," kata Sastiono.
Disinggung soal rencana operasi kedua untuk merekonstruksi anus, lubang kencing dan vagina, Sastiono mengatakan, hal itu menunggu kondisi kesehatan kedua bayi pulih.
"Minimal satu tahun lagi baru bisa dilakukan operasi kedua untuk merekonstruksi anus, lubang kencing dan vagina," tuturnya.
Dr Reyna menuturkan, kasus pemisahan bayi kembar siam di RSCM telah dilakukan sejak tahun 80-an. Namun, selama kurun waktu 2009 hingga 2015, tercatat ada 20 pasangan kembar yang dilakukan pemisahan.
Disebutkan, dari jumlah itu ada 8 kasus yang menyatu di perut dan dada, 3 kasus menyatu di bagian pusat, 3 kasus menyatu di bagian panggul, 2 kasus menyatu di bagian perut, 2 kasus menyatu di bagian dada hingga pusat, satu kasus menyatu di kepala dan satu kasus menyatu di bagian bokong.
"Sebelas kasus meninggal sebelum usia 14 hari, sebagian besar karena kelainan jantung bawaan," ujarnya.
Selain itu, Reyna menambahkan, dari 6 kasus yang dilakukan pemisahan ada 4 kasus yang berhasil sehat hingga dewasa, namun ada 1 kasus satu bayi hidup hingga dewasa dan satu meninggal. Satu kasus pasangan bayi yang meninggal pasca operasi.
Ditanya soal biaya, Reyna mengatakan, mereka tidak dikenakan biaya karena pemegang kartu BPJS Kesehatan. "Tak ada biaya. Semua ditanggung RSCM," ucap Reyna menandaskan.
Purwanah, ibu dari si kembar menuturkan, pihaknya tidak tahu anaknya kembar hingga saat akan dilahirkan di RSUD 45 Kuningan. Perutnya sudah kontraksi diusia kehamilan 36 minggu, namun kesulitan dalam persalinan. Sehingga perlu dilakukan operasi caesar.
"Saat itu baru tahu anak saya kembar setelah melahirkan," kata Purwanah yang mengaku tak pernah melakukan pemeriksaan dengan USG (ultrasonografi) selama kehamilannya. (TW)
{jcomments on}