Kesehatan Bayi: Cegah Lahir Cacat Bawaan Lewat Pola Hidup Sehat
Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan, Eni Gustina mengingatkan para ibu untuk menjaga pola hidup sehat selama masa kehamilan. Karena hasil surveilans yang dilakukan di 19 provinsi ditemukan 15 jenis kecacatan bawaan pada bayi.
"Ini disayangkan karena 15 jenis kecacatan bawaan itu sebenarnya bisa dicegah dan dideteksi dengan mudah, lewat gaya hidup sehat," kata Eni Gustina dalam siaran pers memperingati Hari Kelainan Bawaan Sedunia (World Birth Defect Day), di Jakarta, Kamis (3/3).
Hasil surveilans yang dilakukan pada September 2014 lalu, diketahui ada sebanyak 231 bayi mengalami kelainan bawaan. Sebagian besar lahir dengan 1 jenis kelainan bawaan (87 persen) dan ditemukan pula bayi lahir dengan 1 jenis kelainan bawaan (13 persen).
Kelainan bawaan yang paling banyak ditemukan adalah kelompok sistem muskulo skeletal (talipes equinovarus) sebanyak 22,3 persen, sistem saraf (anenchepali, spina bifida dan meningochele) sebanyak 22 persen, celah bibir dan langit-langit sebesar 18,5 persen dan omphalocele sebesar12,5 persen.
"Meski penyebab utama kelainan kongenital adalah faktor genetik, infeksi dan lingkungan, namun sebenarnya banyak dari kelainan itu dapat dicegah, misalkan dengan vaksinasi serta konsumsi zat tertentu, seperti asam folat dan iodium," ujarnya.
Selain itu, lanjut Eni Gustina, penting untuk menghindari konsumsi obat yang tak direkomendasikan oleh dokter, alkohol atau zat berbahaya seperti pengawet dan pewarna buatan, hindari terpapar dari bahan berbahaya dan beracun seperti timbal, merkuri dan pestisida, beraktivitas fisik atau olahraga secara teratur, serta menghindari asap rokok selama kehamilan.
Eni menyebutkan, di Indonesia hingga saat ini kematian bayi baru lahir (neonatal) masih menjadi permasalahan kesehatan. Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan angka kematian bayi di Indonesia adalah 32 per 1000 kelahiran hidup dan kematian neonatal 19 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012) .
"Saat ini, kelainan bawaan mempunyai kontribusi yang cukup besar sebagai penyebab kematian neonatal," ujarnya.
Data laporan Riskesdas tahun 2007 menyatakan bahwa sebesar 1,4 persen bayi baru lahir usia 0-6 hari pertama kelahiran dan 18,1 persen bayi baru lahir usia 7-28 hari meninggal disebabkan karena kelainan bawaan.
Data WHO SEARO tahun 2010 juga memperkirakan prevalensi kelainan bawaan di Indonesia adalah 59.3 per 1000 kelahiran hidup. Jika setiap tahun lahir 5 juta bayi di Indonesia, maka akan ada sekitar 295.000 kasus kelainan bawaan pertahun.
"Di samping menyebabkan kematian neonatal, kelainan bawaan juga merupakan penyebab bayi lahir mati dan abortus spontan. Bila bayi bertahan hidup, banyak diantaranya yang menjadi penyandang disabilitas dan mengidap penyakit kronis," ucap Eni Gustina menandaskan.
Ditegaskan, pelayanan antenatal yang terpadu dan berkualitas memberikan kesempatan bagi para ibu hamil untuk melakukan upaya pencegahan terjadinya kelainan bawaan pada bayi. (TW)