Menkes: Potensi Menular Terhadap Manusia Sangat Besar
Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek meminta masyarakat untuk kembali waspada atas kemungkinan terjadinya kasus flu burung. Mengingat, saat ini masih ada hewan yang terjangkit virus flu burung.
"Kasus penularan virus flu burung dari hewan ke manusia hingga saat ini belum ada. Namun, potensi menular terhadap manusia sangat besar, selama virus tersebut masih bertebaran di lingkungan," kata Nila Moeloek usai memimpin rapat pengendalian Flu Burung di Jakarta, Selasa (22/3).
Dijelaskan, penularan virus flu burung masih terjadi antar unggas, belum kepada manusia. Karena kasus flu burung pernah merebak, kewaspadaan nasional terhadap virus tersebut harus tetap dilakukan.
Untuk itu, Menkes mengimbau masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan dan menghindari kontak dengan faktor risiko, yaitu unggas yang positif terkena virus flu burung.
Disebutkan pada 2016 ditemukan kasus flu burung positif pada unggas di 17 kabupaten/kota di 7 provinsi, yaitu Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan DKI Jakarta.
Di Jakarta, kasus flu burung ditemukan di pemukiman pemulung di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Sejak ditemukan kematian pada entok dan unggas pada 16 Maret 2016, Kemenkes bersama Dinas Kesehatan telah bergerak cepat untuk mencari warga sekitar yang kemungkinan menderita sakit dengan gejala flu burung.
"Hasil surveilans tidak menemukan kasus influenza semacam flu burung di wilayah sekitar. Meski demikian, Puskesmas setempat terus memantau warga sampai dengan 14 hari ke depan sejak 17 Maret 2016," tutur Nila.
Melalui penyuluhan petugas kesehatan, Nila menambahkan, masyarakat diingatkan kembali akan beberapa gejala flu burung yaitu demam/panas tinggi, batuk dan sakit tenggorokan.
"Jika ada gejala tersebut masyarakat diminta segera berobat ke Puskesmas. Gejala flu burung yang perlu diwaspadai adalah demam diatas 38 derajat celcius, batuk, sakit tenggorokan, pilek dan juga mempunyai faktor risiko seperti kontak dengan unggas sakit atau mati, mengolah unggas dan produk unggas seperti telur, serta kontak dengan kotoran unggas.
Untuk mengetahui penyebab kematian unggas di Cilandak, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTLK) Kemenkes telah mengambil sampel di 4 titik. Sampel yang diambil berupa air buangan dan swab bekas kandang dan hasilnya akan diketahui dalam 2 hari kedepan.
Sementara itu, Dinas Kesehatan juga telah menyemprotkan desinfektan di lokasi kandang dan pemusnahan unggas.
"Keberhasilan pengendalian flu burung sangat ditentukan oleh peran dan dukungan seluruh masyarakat, terutama dalam tindakan pencegahan," katanya.
Ditambahkan, upaya yang bisa dilakukan adalah menghindari kontak dengan unggas sakit atau mati mendadak, menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan berperilaku hidup bersih dan sehat.
Untuk mengantisipasi penularan flu burung pada manusia, Kemenkes telah melakukan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, menyiapkan rumah sakit (RS) khusus rujukan flu burung dan RS Rujukan Regional.
"Obat flu burung, Oseltamifir pun telah kami siapkan sebagai buffer stok," ucap Menkes menandaskan. (TW)