Menteri Kesehatan Asia Bahas Resistensi Antimikroba
Menteri kesehatan dari 12 negara di Asia Pasifik bertemu di Tokyo, Jepang untuk membahas masalah resistensi antimikroba (AMR) yang makin berkembang di Asia.
enteri-Menteri Kesehatan Bahas Resistensi Antimikroba (AMR) di Asia
Pertemuan yang digelar Kementerian Kesehatan,Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang bersama badan kesehatan dunia WHO Regional Asia Tenggara (SEARO) dan Regional Pasifik Barat (WPRO) pada 16 April lalu itu saling berbagi pengalaman mengenai situasi dan program pengendalian AMR di negara masing-masing.
Menteri Kesehatan (Menkes) Nila FA Moeloek dalam pertemuan itu menegaskan komitmen Indonesia dalam pengendalian AMR, antara lain lewat Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) yang dibentuk pada 2014.
Pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba dilakukan di144 rumah sakit rujukan serta Puskesmas di 5 provinsi pilot project.
"Pada April ini Indonesia akan melakukan review program AMR dan menyempurnakan Rencana Aksi Nasional, dengan asistensi WHO SEARO. Proses ini akan melibatkan berbagai sektor," kata Menkes dalam siaran pers yang diterima Senin (18/4).
Ditambahkan, pakar AMR dari WHO, badan pangan dunia FAO, dan organisasi kesehatan hewan dunia OIE serta akademisi dan praktisi yang hadir pada pertemuan itu, mengingatkan ancaman kesehatan global yang serius bila AMR tidak segera ditangani secara terpadu dan multisektoral.
"Karena resistensi antimikroba tidak hanya terjadi pada manusia, namun juga pada hewan dan tanaman," ujarnya.
Karena itu, negara-negara yang hadir dalam pertemuan menyepakati penggunaan pendekatan One Health, yang melibatkan sektor kesehatan, pertanian (termasuk peternakan dan kesehatan hewan) dan lingkungan untuk penanganan masalah AMR.
"Sebab kegagalan atau keterlambatan dalam menangani AMR akan berdampak negatif yang masif terhadap kesehatan, ekonomi, ketahanan pangan dan tujuan pembanguan berkelanjutan," kata Nila Moeloek.
Pada akhir pertemuan bertajuk "Tokyo Meeting of Health Ministers on Antimicrobial Resistance in Asia" itu disepakati pula Komunike Bersama yanh berisi komitmen untuk pengendalian AMR secara terpadu dan kolaboratif. Selain penguatan program melalui Rencana Aksi Nasional yang sejalan dengan Rencana Aksi Global.
Hasil Pertemuan Tokyo itu akan dibawa dan ditindak-lanjuti pada pertemuan G7 di Jepang pada Mei 2016 dan UN General Assembly pada September 2016. (TW)
{jcomments on}