Tingkat Keberhasilan Bayi Tabung di Indonesia Sudah 49 Persen
Faktor usia ternyata memainkan peran dalam keberhasilan program bayi tabung. Program tersebut sebaiknya dilakukan pada usia antara 20-30 tahun. Diatas usia itu, kesuburan seorang perempuan sudah mulai menurun.
"Kebanyakan pasien ikut program bayi tabung sudah diatas 35 tahun, dalam kondisi tingkat kesuburan yang menurun," kata Irsal Yan, dokter spesialis kebidanan dr Klinik Fertilitas Teratai RS Gading Pluit, Jakarta, Rabu (4/5).
Dijelaskan, Klinik Teratai yang berdiri sejak 2006 berhasil mengembangkan program bayi tabung dengan tingkat keberhasilan sekitar 49 persen. Angka itu masih lebih tinggi dari angka keberhasilan di dunia sekitar 30 persen.
"Kami berharap pada pasangan pasutri yang tahu ada masalah pada organ reproduksinya, bisa segera berobat ke dokter. Karena semakin dini usia, peluang keberhasilannya semakin tinggi," ucapnya.
Irsal Yan menyebut, pasutri yang berhasil memiliki anak yang diidamkan secara keseluruhan sejak 2006 sebanyak 300 orang. "Bayi tabung lahir pertama pada 2008. Hingga Desember 2011, lahir 160 bayi, terdiri dari 92 bayi tunggal, 50 bayi kembar dua dan 18 bayi kembar tiga," tuturnya.
Ditambahkan prevalensi gangguan kesuburan di Indonesia diperkirakan 10-11 persen dari pasangan usia subur. Sementara badan kesehatan dunia WHO menyebut angka infertilitas global mencapai 50-80 juta dari pasangan usia subur.
"Kini masalah infertilitas bisa diatasi lebih mudah berkat kemajuan teknologi di dunia medis," ucap Irsal Yan yang didampingi koleganya, dr Indra NC Anwar.
Klinik Fertilitas Teratai memiliki konsep "One Stop Fertility Services" yang ditunjang fasilitas canggih seperti laboratorium andrologi, laboratorium embriologi, instalasi Radiologi dan ruang Laparoscopy. Teratai sendiri merupakan akronim dari Teknologi Reproduksi Anak Tabung Indonesia.
Hal senada dikemukakan Indra Anwar. Katanya, infertilitas karena faktor istri mencakup 45 persen. Masalahnya bisa terdapat pada saluran telur (40 persen), ovulasi (15-25 persen), periterium/endometriosis (25 persen), mulut rahim (5 persen) dan rahim (5 persen).
Sedangkan faktor suami sekitar 40 persen. Dari pria, sumber masalahnya kemungkinan berasal dari kelainan pengeluaran sperma (3 persen), kelainan produksi dan pematangan sperma, penyempitan saluran mani karena infeksi bawaan (6 persen).
"Selain itu lada faktor imunologik/antibodi, anti sperma (2,9 persen), serta faktor gizi. Sisanya sebesar 10-15 persen merupakan faktor-faktor yang tidak terjelaskan," kata Indra menandaskan. (TW)