Menteri Kesehatan: Tingkat Kebutaan Nasional Tinggi
Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek menyebutkan tingkat kebutaan di Indonesia cenderung meningkat. Peningkatan itu terjadi sejak 1996 hingga 2015. Pada 1996, tingkat kebutaan tercatat 1,5 persen. Namun, pada 2015, tingkat kebutaan rata-rata 2,4 persen. Bahkan, di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat, angkanya mencapai 4,5 persen.
Menurut Nila, faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat kebutaan mayoritas adalah katarak. Selain itu, faktor geografis Indonesia sebagai negara tropis. "Ultraviolet kita tinggi. Lapisan ozon yang bolong membuat ultraviolet mudah masuk ke bumi," kata dia di kantornya, Jumat, 7 Oktober 2016.
Nila menambahkan, faktor konsumsi obat juga berpengaruh pada potensi seseorang menderita gangguan mata. Ia mendorong masyarakat mengkonsumsi obat sesuai dengan indikasi dan anjuran dokter.
Bukan hanya itu, faktor bentuk rongga mata juga berpotensi mengganggu penglihatan. Rongga mata yang sempit membuat mata cenderung tumbuh memanjang sehingga menyebabkan mata minus. "Itu kalau mata tambah panjang diameternya tambah. Kalau diameternya kecil justru plus, bukan minus," tuturnya.
Faktor teknologi pun mempengaruhi kesehatan mata. Menurut Nila, jarak mata harus ideal dan penerangan harus cukup saat menggunakan gawai. Setelah menggunakan gawai, Menteri mengimbau masyarakat melihat ke area yang lapang. "Pokoknya lihat jauh, buka jendela."