Penyakit yang Diakibatkan Rokok Bisa Pengaruhi Perekonomian Indonesia
Kementerian Kesehatan RI bersama Vital Strategies meluncurkan kampanye baru yang secara visual menyoroti sejumlah penyakit berbahaya yang disebabkan oleh konsumsi tembakau, yakni stroke, kanker tenggorokan, kanker paru, dan penyakit buerger. Kampanye akan ditayangkan selama empat minggu di enam televisi nasional. Kampanye ini juga dipromosikan dan disebarluaskan melalui media sosial dengan menggunakan tagar #SuaraTanpaRokok.
Dalam acara tersebut dipaparkan data dari The Tobacco Atlas, lebih dari 2.677.000 anak-anak dan 53.767.000 orang dewasa di Indonesia adalah perokok (57,1 persen laki-laki dewasa; 3,6% perempuan dewasa; 41% anak-anak laki-laki, dan 2,5% anak-anak perempuan). Proporsi pria, anak laki-laki dan anak perempuan yang merokok lebih tinggi di Indonesia dibandingkan dengan negara berpenghasilan menengah lainnya. Rokok membunuh 217.400 orang Indonesia setiap tahunnya, dan di tahun 2010, rokok merupakan penyebab dari 19,8% kematian laki-laki dan perempuan dewasa, lebih tinggi daripada rata-rata jumlah kematian di negara berpenghasilan menengah lainnya.
World Economic Forum memperkirakan bahwa perekonomian Indonesia di tahun 2030 akan mengalami kerugian sebesar US$ 4,5 triliun jika beban penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung dan kanker tidak dikurangi. Seperti yang ditunjukkan oleh kampanye ini, konsumsi tembakau merupakan faktor risiko utama penyakit-penyakit tersebut. Selain komunikasi kampanye kesehatan yang akan membantu orang melakukan perubahan sikap, perundang-undangan yang komprehensif mengenai pelarangan rokok dan pajak rokok yang lebih tinggi akan lebih lagi memudahkan mendorong para perokok agar berhenti serta mencegah perokok usia dini.
Ada kemungkinan yang cukup besar bagi Indonesia untuk meningkatkan pajak rokok hingga 75% dari harga eceran, seperti yang direkomendasikan WHO. Lebih lanjut lagi tersedia juga kesempatan untuk mengalokasikan dana bagi program-program kesehatan dan sosial. Vital Strategies menghargai Pemerintah Indonesia atas kebijakan-kebijakan yang telah dicanangkan demi memfasilitasi kemajuan Indonesia mencapai agenda Tujuan Pembangunan Keberlanjutan 2030.
Menurut dr Lily Sriwahyuni Sulistyowati, M.M, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dalam acara tersebut, jumlah perokok terus meningkat dan diperlukan bantuan dari semua pihak untuk pengendalian rokok.
“Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013, perilaku merokok penduduk 15 tahun ke atas cenderung terus meningkat dari 27% pada tahun 1995, lalu meningkat menjadi 34,2% tahun 2007, dan meningkat lagi menjadi 36,3% tahun 2013. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kita memiliki tanggung jawab yang tidak mudah dalam pengendalian merokok di Indonesia. Kita tidak bisa berdiam diri dan membutuhkan bantuan dari semua pihak dalam program pengendalian merokok,” paparnya.
José Luis Castro, Presiden dan CEO Vital Strategies menambahkan bahwa kampanye pengendalian tembakau ini bisa memberi pesan yang kuat untuk memberi pengetahuan akan bahaya penyakit-penyakit yang diakibatkan rokok.
“Kami senang dapat sekali lagi berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan RI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 80% penduduk Indonesia menyadari bahwa tembakau mengakibatkan kanker paru dan serangan jantung, namun hanya sedikit yang menyadari tembakau mengakibatkan penyakit-penyakit lainnya. Kami mengajak para perokok untuk menyaksikan iklan ini sehingga mereka akan berpikir dua kali sebelum mereka mengambil sebatang rokok berikutnya, dan sadar tentang kerusakan yang akan terjadi pada diri mereka dan orang-orang di sekitar mereka. Harapannya tentu lalu berhenti merokok,” ujar Castro.