Belum Ada Vaksin Spesifik untuk Cegah MERS-CoV
HINGGA saat ini belum ada vaksin spesifik untuk dapat mencegah infeksi virus jenis baru dari kelompok corona virus (nCoV) penyebab penyakit Middle East Respiratory Syndrom(MERS-CoV). Sampai saat ini, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih menjadi cara yang dinilai efektif sebagai upaya pencegahan infeksi virus tersebut.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, dalam surat elektroniknya kepada Pusat Komunikasi Publik, baru-baru ini.
Prof Tjandra mengatakan bahwa sejak pertama kali dilaporkan pada September 2012 di Arab Saudi, jumlah kasus di sana per 13 Agustus 2013 merupakan yang terbesar yaitu 75 kasus (WHO). Karena itu, mendekati puncak ibadah haji, otoritas kesehatan dunia World Health Organization (WHO) dan pemerintah Arab Saudi merasa perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap MERS-CoV.
"Meskipun belum menjadi darurat kesehatan, Indonesia tetap harus waspada akan penyebaran virus tersebut terhadap calon jemaah haji Indonesia, mengingat belum tersedianya vaksin spesifik untuk mencegah penyakit tersebut", ujar Prof Tjandra.
Prof Tjandra mengatakan bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat melindungi diri dari virus tersebut, selain itu penting untuk menghindari kontak erat dengan penderita, beraktifitas menggunakan masker, selalu menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan dengan sabun dan menerapkan etika batuk ketika sakit.
MERS-CoV adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus jenis baru dari kelompok novel Corona virus (nCov) yang menyerang saluran pernapasan mulai dari yang ringan sampai dengan berat. Gejalanya adalah demam, batuk dan sesak nafas, bersifat akut, biasanya pasien memiliki penyakit ko-morbid diabetes dengan presentase terbesar yaitu 68% dibandingkan dengan yang lain.
Cara penularan MERS-CoV bisa secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batu atau bersin. Sedangkan melalui tidak langsung melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus. Negara yang terserang virus ini dalam semua kasus umumnya pernah berhubungan dengan Negara di TimurTengah.
Hal yang sudah dilakukan Kementerian Kesehatan dalam rangk peningkatan kewaspadaan terhadap MERS-CoV antara lain dengan peningkatan kegiatan pemantauan di point of entry atau pintu masuk negara. Selain itu perlu penguatan surveilans epidemiologi termasuk surveilans pneumonia. Hal lain seperti perlunya pemberitahuan keseluruh Dinkes Provinsi dan 100 RS Rujukan Flu Burung, RSUD dan RS Vertikal tentang kesiapsiagaan menghadapi MERS CoV.
Lebih lanjut, menyiapkan dan membagikan 5 (lima) dokumen terkait persiapan penanggulangan MERS–CoV seperti pedoman umum MERS-CoV; tatalaksana klinis; pencegahan infeksi; surveilans di masyarakat umum dan di pintu masuk negara serta diagnostik dan laboratorium.
Sebelumnya semua petugas Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) sudah dilatih dan diberi pembekalan dalam penanggulangan MERS-CoV, seperti menyiapkan pelayanan kesehatan haji di 15 Embarkasi/Debarkasi (KKP). Sementara itu meningkatkan kesiapan laboratorium termasuk penyediaan reagen dan alat diagnostik. Disisi lain pentingnya diseminasi informasi ke masyarakat terutama calon jemaah haji dan umrah serta petugas haji Indonesia.
Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor seperti Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Kemenhub, Kemenag, Kemenlu dll tentang kesiapsiagaan menghadapi MERS CoV. Demi kelancaran dengan pihak di Arab Saudi perlu kordinasi dengan pihak kesehatan Arab Saudi dan meningkatkan hubungan Internasional melalui WHO. (ind)
sumber: health.okezone.com