Annual Scientific Meeting (ASM)
Yogyakarta, 04 Maret 2017
Dalam rangka Dies Natalis FK UGM ke-71, HUT RS UGM ke-5
dan HUT RSUP Dr. Sardjito ke-35
“Pencegahan dan Pengendalian Resistensi Antimikroba“
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi oleh bakteri, virus, jamur dan parasit masih merupakan masalah utama di Indonesia. Profil kesehatan Indonesia tahun 2015 menunjukkan bahwa penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan yang penting untuk segera diatasi, seperti: tuberkulosis, HIV/AIDS, malaria, kusta, diare, campak, difteri, pneumonia, kecacingan, dan demam berdarah dengue (Kemenkes RI, 2016).
Penatalaksanaan penyakit infeksi memerlukan antimikroba yang poten untuk mengeradikasi patogen di dalam tubuh pasien.Beban kesakitan penyakit infeksi yang tinggi diperberat lagi dengan munculnya patogen yang resisten terhadap antimikroba yang ada.Resistensi antimikroba sekarang merupakan masalah global karena luasnya masalah ini di seluruh dunia baik di negara maju maupun berkembang.Prediksi kematian yang berhubungan dengan resistensi antimikroba pada tahun 2050 adalah 4,7 juta per tahun di Asia, yang menduduki urutan pertama dan disusul oleh Afrika yang diperkirakan mencapai angka 4,15 juta pertahun (O'Neil, 2014). Oleh karenanya, antimicrobial resistance (AMR) telah menjadi perhatian WHO dengan dikeluarkannya Global Action Plan pada tahun 2015 yang menitikberatkan pada lima tujuan strategis. Sementara itu, tidak banyak obat antimikroba baru yang dapat dikembangkan pada saat itu.Adu cepat antara kejadian resistensi terhadap antimikroba dan penemuan obat antimikroba baru dikhawatirkan akan dimenangkan oleh kejadian resistensi antimikroba. Data surveilans yang dikumpulkan dari enam rumah sakit besar di Indonesia atas kerjasama antara PPRA, Balitbangkes, dan WHO pada tahun 2013 menunjukkan frekuensi E.coli dan K. pneumoniae yang memproduksi extended-spectrum beta-lactamases (ESBL) berturut turut berkisar antara 26%-57% dan 32% - 57% (Paraton, 2016). Pada tahun 2013, WHO memperkirakan di Indonesia terdapat 6.800 kasus baru multidrug resistant (MDR) TB. Diperkirakan MDR TB bertanggungjawab pada 2% dari kasus baru dan 12% tuberkulosis pengobatan berulang.
Penyebab terjadinya resistensi antibiotik secara global adalah multifaktorial dan kompleks, meliputi permasalahan pada prescriber (ketidakpastian diagnosis, kurangnya pengetahuan, insentif, dll), dispenser (penggunaan obat-obat standar, kurangnya aturan dispensing), pasien (tekanan terhadap dokter, pengobatan sendiri, akses antibiotik secara bebas) dan fasilitas pelayanan kesehatan (kurangnya pengendalian infeksi yang dapat memicu penyebaran organisme yang resisten terhadap antibiotik). Dengan demikian pencegahan dan pengendalian resistensi antimikroba semestinya melibatkan banyak pemangku kepentingan, yakni: (1) Pembuat kebijakan: Kementrian kesehatan, BP POM, Kementrian pertanian, Dinas kesehatan dan Direktur Rumah Sakit; (2) Tenaga kesehatan: dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, dan bidan; (3) Masyarakat luas: pasien, apotek, industri farmasi, dan pedagang besar farmasi, dan lain-lain.
Indonesia sudah memulai menyiapkan piranti berupa regulasi dan tata kelola antimikroba yang dipergunakan untuk mengendalikan resistensi antimikroba.Masih diperlukan peningkatan komitmen semua pihak untuk mengimplementasikan secara konsisten usaha pencegahan dan pengendalian resistensi antimikroba.Kerjasama yang baik diantara pemangku kepentingan sangat diperlukan untuk menahan laju resistensi antimikroba di Indonesia. Lebih jauh diperlukan intervensi multimodal di tingkat nasional meliputi regulasi dispensing, edukasi kepada masyarakat, dispenser dan prescribers, pencegahan infeksi dengan mengoptimalkan imunisasi, perbaikan sanitasi dan kebersihan di tingkat masyarakat dan pelayanan kesehatan serta peningkatan surveilans penggunaan antibiotik rasional dan surveilans resistensi antibiotik.
Demikian pentingnya pemahaman masalah resistensi antimikroba di Indonesia maka pada penyelenggaraan Annual Scientific Meeting (ASM) yang kesepuluh tahun 2017 ini, panitia mengangkat tema “Pencegahan dan Pengendalian Resistensi Antimikroba”. Diharapkan masalah resistensi antimikroba ini dapat dipahami dengan satu kesadaran, bahwa masyarakat Indonesia harus bersama-sama secara sungguh-sungguh dan konsisten memerangi resistensi antimikroba untuk meningkatkan derajat kesahatan masyarakat secara menyeluruh.
TUJUAN UMUM & KHUSUS
Tujuan Umum :
Tujuan umum dari ASM 2017 adalah meningkatkan pemahaman, kesadaran dan komitmen serta pembuatan rencana aksi untuk melaksanakan pencegahan dan pengendalian resistensi antimikroba oleh KAGAMA-Kedoktetan bersama para pembuat kebijakan, Institusi pendidikan, dan pihak lain yang terkait.
Tujuan Khusus :
- Memahami beban dan kompleksitas permasalahan penggunaan dan resistensi antimikroba.
- Mengidentifikasi strategi dalam penggunaan antimikroba yang sesuai.
- Mengidentifikasi pihak yang terkait penggunaan antimikroba mulai dari pembuat kebijakan hingga masyarakat pengguna dan bagaimana kerjasama diantara para pihak tersebut.
- Memahami kebijakan pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan RI dalam upaya penggunaan antimikroba yang sesuai.
- Memahami peran dan tugas Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan dalam menghasilkan tenaga kesehatan dan pembuat regulasi yang berkompeten dalam penggunaan antimikroba yang benar.
- Menyepakati rencana aksi pencegahan dan pengendalian AMR di lingkungan rumah sakit pendidikan dan komunitas.
BENTUK KEGIATAN
- Seminar Nasional pada Hari Sabtu, Tanggal 04 Maret 2017
- Acara Kelompok Kerja berupa Seminar dan Workshop yang diselenggarakan oleh Kelompok Kerja dalam FK UGM, RS UGM dan RSUP Dr.Sardjito pada Februari berakhir sampai bulan April 2017
TARGET PESERTA
Peserta ASM 2017 diharapkan dari:
- Dosen, Mahasiswa S1, S2, S3 dan Alumni Fakultas Kedokteran UGM.
- Pengelola Rumah Sakit dan Tenaga Kesehatan (Dokter Spesialis, Dokter Umum, Apoteker, Farmasi, Perawat, Bidan dll.)
- Dinas Kesehatan
- Tamu undangan dan masyarakat luas yang berminat.
Target peserta untuk acara puncak seminar Nasional diharapkan bisa mencapai ± 350-400 peserta, sedangkan target peserta untuk keseluruhan kegiatan ASM diharapkan bisa mencapai 2.500 peserta.
TEMPAT KEGIATAN
Auditorium KF UGM
SEKRETARIAT ASM 2017
KAGAMA Kedokteran
Joglo Grha Alumni Fakultas Kedokteran UGM, JL. Farmako Sekip Utara Yogyakarta.
Telepon : 0274-631206, 560300 ext. 406
Facsimile : 0274-631206
Email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
Jadwal Acara Seminar Nasional ASM, 04 Maret 2017, Auditorium FK UGM
Jam | Uraian Acara |
07.00-07.45 | Pendaftaran |
07.45-08.15 |
MC : Glory Hapsara Suryandari, S.Pd Pembukaan
Doa : Dr. dr. Probosuseno, SpPD-KGER |
08.15-09.00 |
Keynote Speech Moderator: Dr. Krishnajaya, MS (Ketua Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia-ADINKES / KAGAMA-Dok Angkatan 1973) Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi “Kebijakan dan Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Pengendalian Resistensi Antimikroba” |
09.00-09.30 | Coffee Break |
SESI 1 |
|
09.30-09.50 |
Pembicara I Budiono Santoso “Common Challenges In Containing Antimicrobial Resistance” |
09.50-10.10 |
Pembicara II Dr. Tri Hesty Widyastoeti, Sp.M, MPH “Implikasi Resistensi Antimikroba terhadap beban pemerintah dalam sumber daya biaya, sarana dan manusia untuk pelayanan kesehatan” |
10.10-10.30 |
Pembicara III Ratna Irawati - Badan Pengawasan Obat dan Makanan “Kebijakan Pengawasan peredaran antimikroba di Indonesia” |
10.30-10.50 |
Pembicara IV Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc, PhD |
10.50-11.20 |
Diskusi |
SESI 2 |
|
11.20-11.35 |
Pembicara I K. Kuntaman - Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba “Peran dan tugas Komite PPRA dalam pengendalian resistensi antibiotik di rumah sakit” |
11.35-11.50 |
Pembicara II Ketua BPJS Kesehatan Pengaturan Obat Antimikroba dalam Formularium Nasional untuk Pencegahan dan Pengendalian Resistensi Antimikroba |
11.50-12.05 |
Pembicara III Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt “Peran farmasis dalam pencegahan dan pengedalian resistensi antimikroba” |
12.05-12.20 |
Pembicara IV Yayasan Orang Tua Peduli “Perilaku dan perlindungan konsumen dalam penggunaan antimikroba di masyarakat” |
12.20-12.45 |
Diskusi |
12.45-13.30 | ISHOMA |
SESI 3 (Diskusi Panel) |
|
13.30-15.30 |
Topik : Peran Pemangku Kepentingan Dalam Pencegahan, Pengendalian Resistensi Antimikroba Dan Upaya Tindak Lanjut Panelis : Asosiasi Dinas Kesehatan seluruh Indonesia : Dr. Yulianto Prabowo, MKes Tenaga Kesehatan Dokter : IDI (Dr.dr. FX. Wikan Indarto, SpA) Tenaga Kesehatan Perawat : Tri Prabowo, S.Kep, MKes (Ketua PPNI Cabang DIY) Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Yogyakarta : Yulianto, S.Farm, MPH, Apt Fakultas Kedokteran UGM : Prof. Dr. Ova Emilia, MMedEd, PhD, SpOG(K) |
15.30-16.00 | Kesimpulan dan Penutup |