Penganugerahan BPJS Kesehatan "Primary Care Award"
Wakil Presiden (Wapres) Boediono meminta pelaksanaan program Jaminan Kesehatan nasional (JKN) dikawal ketat agar berkelanjutan di masa depan. Program tersebut merupakan lompatan besar, karena baru kali ini memasukkan seluruh penduduk ke satu sistem jaminan kesehatan.
"Lompatan besar ini perlu kerja keras para pihak dan kawal terus pelaksanaannya, agar program yang luar biasa ini berkelanjutan di masa depan," kata Boediono dalam sambutan pada Penganugerahan BPJS Kesehatan "Primary Care Award" di Jakarta, Jumat (3/10).
Hadir dalam acara itu, antara lain Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi serta Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fahmi Idris.
Wapres menambahkan, BPJS Kesehatan sebenarnya bukan satu-satunya aktor atas kesuksesan program JKN. Masih ada aktor lainnya, yakni pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang menyiapkan kebijakannya.
"Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan para pihak, supaya program JKN di masa depan bisa berjalan mulus dan berkelanjutan," ujarnya.
Wapres menyebut hal-hal yang harus diperbaiki, antara lain, bagaimana mengatur pelayanan dan personalia agar bisa berjalan dengan baik. Kemudian yang tak kalah penting para pelakunya tetap semangat dan tak mudah patah arang.
"Kalau dianalogkan komputer, kesehatan dan pendidikan ibarat software dan hardware. Kedua perangkat ini harus sinkron dan dikembangkan terus-terusan agar berjalan seimbang," kata Boediono menandaskan.
Sementara itu, Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris mengatakan penghargaan ini diberikan untuk meningkatkan peran dan optimalisasi fungsi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau faskes primer dalam pelayanan kepada peserta JKN.
"FKTP memiliki fungsi sebagai kontak pertama dari peserta BPJS Kesehatan, dan peserta akan secara kontinyu mengakses pelayanan kesehatan," kata Fachmi Idris.
FKTP, lanjut Fachmi, juga memiliki peran terhadap koordinasi dan komprehensivitas pelayanan kesehatan bagi peserta, sehingga bisa dikatakan FKTP akan berdampak besar bagi peningkatan status kesehatan masyarakat, khususnya peserta BPJS Kesehatan.
Lima pemenang "Primary Care Award" untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut; Puskesmas Kota Bumi II, Lampung Utara (Puskesmas Terbaik), dr Jiji B Irodati, Lamongan (Dokter Prakter Perorangan), Polres Kabupaten Bekasi (Klinik Polri), Griya Husada 2, Karanganyer (Klinik Pratama), dan Dinkes Lantamal II Padang (Klinik TNI).
Fachmi menambahkan, parameter yang dijadikan penilaian dalam menentukan FKTP terbaik ini mencakup kelengkapan sarana prasarana fasilitas kesehatan, komitmen pelayanan kepada peserta JKN termasuk penilaian indikator kinerja faskes, program unggulan dan inovasi, pengetahuan kebijakan dan program pelayanan primer JKN, serta hasil penilaian kunjungan yang dilakukan oleh Tim Juri Nasional.
"FKTP Terbaik ini adalah inovasi yang mengarah pada upaya promotif dan preventif, seperti senam sehat, penjaringan posyandu, penyuluhan, atau konseling perorangan," katanya.
Fachmi menambahkan, diharapkan, inovasi yang dilakukan dapat menekan angka rujukan ke faskes tingkat lanjutan, serta dapat mengembangkan program rujuk balik bagi peserta BPJS Kesehatan yang menyandang penyakit kronis, namun dalam keadaan stabil.
Tim juri nasional yang melakukan penilaian FKTP terbaik terdiri atas perwakilan BPJS Kesehatan, Kementerian kesehatan, Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya (TKMKB), Organisasi Profesi (Ikatan Dokter Indonesia), Akademisi (FK UI dan FKM UI) serta korpri sebagai perwakilan dari peserta.
Beberapa capaian penting yang diperoleh dari BPJS Kesehatan adalah target jumlah peserta sebanyak 121,6 juta orang bisa dilewati. "Jumlah peserta BPJS Kesehatan saat ini 128,6 juta dan peserta mandiri sebanyak 5,5 juta," kata Fachmi menandaskan. (TW)
{jcomments on}