Perlu Tingkatkan Kewaspadaan Diabetes
Hari Diabetes Sedunia yang dirayakan setiap 14 November menjadi momentum bagi dunia menggalakkan kepedulian mengenai fenomena diabetes. Indonesia patut berduka sekaligus bangkit bersama melawan diabetes.
Sebanyak 9,1 juta masyarakat Indonesia hidup dengan diabetes. Dengan jumlah tersebut, saat ini Indonesia menjadi negara dengan populasi diabetes terbesar kelima di dunia dari posisi ketujuh tahun lalu, menurut data terbaru yang dikeluarkan Federasi Diabetes Internasional (IDF).
Sejauh ini, diprediksi sebanyak 14,1 juta masyarakat Indonesia akan mengidap diabetes pada tahun 2035. Dua pertiga dari mereka tinggal di perkotaan, sisanya di pedesaan. Walau pun banyak survei menunjukkan angka yang berbeda, namun ini bukti bahwa pandemik diabetes melanda Indonesia lebih cepat dari yang diperkirakan.
Perusahaan kesehatan global untuk diabetes, Novo Nordisk, beserta Kemenkes RI yang didukung Kedubes Denmark untuk Indonesia, dan sejumlah lembaga serta organisasi kesehatan nasional dan internasional, mencoba menginisiasi kerja sama untuk penanggulangan diabetes di Indonesia, termasuk fenomena di daerah urban dan pembahasan isu diabetes nasional. "Seiring dengan meningkatnya ekonomi suatu negara dan kehidupan modern di daerah urban, epidemi diabetes semakin meningkat. Dalam rangka Hari Diabetes Sedunia tahun ini, kami ingin tingkatkan global awereness terhadap ancaman diabetes, termasuk di Indonesia," tutur Sandeep Sur, Direktur PT. Novo Nordisk, di Hotel J.W. Marriott, Jakarta, Kamis 13 November tadi.
Daerah perkotaan tidak hanya menjadi sorotan dalam acara ini. Sejumlah pakar kesehatan yang hadir dalam acara tesebut juga memperingatkan ancaman diabetes bagi masyarakat di daerah pedesaan. Pertumbuhan ekonomi yang tidak merata di Indonesia, turut menyulitkan akses dan motivasi kesehatan bagi masyarakat di daerah pedesaan. "Meningkatnya diabetes tidak hanya terjadi pada masyarakat urban di daerah modern. Ini juga melanda masyarakat di dearah rural. Tidak hanya karena pengetahuan, tetapi juga akses dan kapabilitas pelayanan kesehatan yang menghambat," timpal Prof Dr dr Ahmad Rudianto, SpPD-KEMD, FINASIM, guru besar endokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, dalam konferensi pers di lokasi yang sama.
Hadir juga dalam kesempatan tersebut, Prof dr Hasbullah Thabrany MPH, Dr.PH, guru besar dan ahli ekonomi kesehatan dari Universitas Indonesia, serta dr Mohammad Edison, MM, AAKA dari Lembaga BPJS, yang menggarisbawahi pentingnya pengetahuan bagi pencegahan diabetes untuk menekan beban ekonomi masyarakat dan negara, akibat epidemi diabetes tersebut.
Disimpulkan butuh langkah konkret dan kerja sama dari berbagai pihak untuk mengatasi epidemi diabetes. Perlu ada pengingkatan perhatian dan pengetahuan sebagai usaha promotif dan preventif, serta aksesibilitas pengobatan dan pelayanan kesehatan. (int)
sumber: http://fajar.co.id/