Gangguan Irama Jantung, Kenali Gejala dan Pencegahannya
Gangguan irama jantung memang tak sepopuler penyakit jantung koroner. Namun, gangguan irama jantung juga tak kalah berbahaya. Bila tidak ditangani dengan tepat, bisa menimbulkan kematian.
"Jika jantung koroner disebabkan plak dalam pembuluh darah, untuk gangguan irama jantung terjadi akibat gangguan pada "listrik" di jantung," kata dr Beny Hartono, SpJP dalam diskusi media bertajuk "Ritmiskan Irama Jantung Anda" di Jakarta, Rabu (21/1).
Dokter spesialis jantung dari Rumah Sakit Premier Bintaro itu menjelaskan, organ jantung memiliki listrik untuk bekerja. Sel listrik jantung dikatakan normal jika jantung berdenyut 60-100 kali per menit. Jika dibawah itu disebut denyut jantung lemah (bradikardia).
"Jika denyut jantung dibawah 40 kali per menit sangat berbahaya. Karena orang tersebut bisa tiba-tiba pingsan, lemah dan keringat dingin. Kondisi ini jika dibiarkan, bisa menimbulkan kematian. Karena supply darah dan oksigen ke organ lain tidak cukup," tuturnya.
Berkat teknologi maju, lanjut dr Beny, masalah denyut jantung lemah bisa diatasi dengan penanaman alat pacu jantung di dada. Alat tersebut mengeluarkan listrik agar denyut jantung menjadi normal. Baterai alat tersebut mampu bertahan hingga 5-10 tahun. Setelah ganti baterai baru lagi.
Gangguan irama jantung lain adalah denyut jantung cepat (takikardia), dengan kondisi denyut jantung 100-150 kali per menit. Gejalanya jantung sering berdebar-debar, nyeri dada, sesak nafas, keringat dingin dan perasaan ingin pingsan. Bila dibiarkan, kondisi ini juga bisa menyebabkan kematian.
"Denyut jantung terlalu cepat menandakan jantung tidak memompa dengan baik, tapi hanya bergetar. Itu artinya peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh tak berjalan dengan baik. Itu kenapa orang bisa tiba-tiba tak sadarkan diri," tutur dokter yang juga praktek di RS Jantung Binawaluya Jakarta itu.
"Upaya yang dilakukan setelah terapi obat tak kunjung sembuh adalah dengab kateter ablasi untuk memperbaiki listrik dalam tubuh yang mengalami 'konsleting'. Setelah tindakan medis itu denyut jantung pasti bisa kembali normal," katanya.
Gangguan irama jantung lain yang cukup banyak diidap masyarakat adalah denyut jantung yang tidak teratur (fibrilasi atrium). Bila diabaikan akan menyebabkan stroke dan gagal jantung.
Penyakit ini banyak menyerang orang usia diatas 40 tahun dengan masalah pada hipertensi, diabetes, jantung koroner dan penyakit tiroid. "Jika menemukan gejala semacam ini, segera berobat ke dokter agar kondisinya tidak semakin parah," ujar dokter lulusan Universitas Indonesia tersebut.
Untuk gangguan jantung tak teratur ini, menurut dr Beny bisa ditangani dengan tindakan kateter ablasi. Selain pasien diminta untuk mulai menjalani gaya hidup sehat.
Disinggung soal biaya operasi untuk tiga gejala gangguan irama jantung, dr Benny mengatakan, angkanya bervariasi tergantung tingkat kerumitan operasinya. Untuk tindakan operasi dengan teknologi "sederhana" biayanya sekitar Rp 70 juta dan dengan teknologi terbaru sekitar Rp 130 juta.
"Sebenarnya soal harga ini bukan urusan dokter. Harga itu saya dapat infonya dari marketing," ucapnya.
Ditanya soal tips bagaimana menangani pasien jantung yang mengalami serangan di rumah, dr Beny mengatakan, pasien bisa diberikan tablet aspirin 500 mg dan secepatnya dibawa ke rumah sakit yang diketahui memiliki fasilitas jantung.
"Karena masa emas serangan jantung ada 12 jam. Jika ditangani dibawah 12 jam, pasien akan tertolong tanpa mengalami kecacatan," katanya menandaskan.
{jcomments on}