Diskusi 2:
Kesiapan Dokter Subspesialis dalam Persaingan
Pelayanan Kesehatan di Era MEA
Sabtu 20 Februari 2016, pukul 09.00 – 12.00
Tempat: Ruang Senat Selatan, FK UGM Yogyakarta
Deskripsi:
Kekurangan dokter spesialis dan sub-spesialis serta pemerataannya di Indonesia sudah berjalan puluhan tahun. Sampai era JKN ini belum terlihat pemecahan masalah. Sementara itu MEA menyatakan bahwa ada 8 profesi yang akan relative lebih bebas bermigrasi antar Negara di Indonesia yaitu:
- Insinyur, mulai dari insinyur mesin, geodesi, teknik fisika, teknik sipil, dan teknik kimia.
- Arsitek yaitu ahli rancang bangun atau ahli lingkungan binaan.
- Tenaga Pariwisata.
- Akuntan.
- Dokter Gigi.
- Tenaga Survei.
- Praktisi Medis.
- Perawat.
Walaupun sudah ada MEA, akan tetapi dalam praktek memang Negara-negara Anggota ASEAN masih banyak belum sepakat dalam implementasi mode 4 (MNP). Setiap Negara ASEAN mempunyai regulasi utk tenaga kesehatannya. Untuk Indonesia, harus melalui rekomendasi Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) beserta organisasi Profesi. Dokter yang diperkenankan masuk Indonesia adalah Spesialis yang langka atau tidak ada di Indonesia.
Dalam konteks MEA ini ada potensi konflik antara Ikatan Profesi dengan keinginan masyarakat. Masyarakat ingin lebih banyak dokter agar akses lebih baik. Sementara itu ada kemungkinan Ikatan Profesi berusaha menahan masuknya dokter asing. Apakah memang hal ini akan terjadi? Bagaimana dampaknya untuk Perguruan Tinggi Kedokteran?
Agenda Kegiatan
09.00-09.15 |
pengantar |
Prof. dr. Laksono Trisnantoro |
09.15-09.30 |
Kesiapan tenaga kesehatan menghadapi masyarakat Ekonomi Asean |
Dr. Asjikin Iman H. Dachlan, MHA (Kepala Pusrengun PPSDM Kementerian kesehatan) |
09.30-09.45 |
Dr. dr. Andreasta Meiala, M.Kes (Pusat kebijakan dan manajemen Kesehatan FK UGM) |
|
09.45-10.15 |
Pembahasan |
|
10.15-11.00 |
Diskusi |
Tujuan Seminar:
- Membahas pelayanan dokter sub-spesialis dalam kompetisi pelayanan kesehatan di era MEA
-
Membahas dokter sub spesialis dalam konteks kebijakan nasional
- Mengidentifikasi peran IDI dalam strategi pengembangan dokter sub spesialis