Revitalisasi Arah Pembangunan Menuju
Sumber Daya Manusia Indonesia Berkualitas
Prof. dr. Fasli Jalal, SpGK, PhD
Keynote Speech ketiga mengangkat tema Revitalisasi Arah Pembangunan Menuju Sumber Daya Manusia Indonesia Berkualitas. Paparan ini disampaikan oleh Prof. dr. Fasli Jalal SpGK., Ph.D (Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana RI). Tantangan terkait dengan kependudukan adalah "Bagaimana cara kita memajukan kehidupan masyarakat Indonesia baik balita, remaja sampai dengan lansia?" Berdasarkan studi: bahwa jika seluruh individu mengikuti gaya hidup negara Amerika antara lain tergantung dengan AC, makanan berlebih maka bumi hanya bisa menanggung 2 milyar penduduk. Diperkirakan pada tahun 2050 penduduk bumi berjumlah 9,2 milyar. Dalam sejarah Indonesia pada abad 17 penduduk berjumlah 10 juta, hasil sensus tahun 1970 sekitar 125 juta. Dan pada saat itu diproyeksikan pada tahun 2010 dengan trend fertility rate di Indonesia diperkirakan berjumlah 340 juta dan ternyata hanya 237,6 juta berarti dengan program-program pada era Suharto dapat berhemat 1 juta orang terkait dengan penghematan pembangunan sekolah, pembangunan fasilitas kesehatan, income perkapita dan sebagainya.
Skenario tahun 2035 diperkirakan jika kita lalai maka jumlah penduduk sekitar 390 juta tapi jika program kita jalan dan berhasil maka jumlah penduduk sekitar 320-330 juta. Tapi karena keberhasilan program KB maka bonus remunerasi dapat menekan kelahiran sebanyak 100 orang maka 1 orang yang kerja menanggung 50 orang yang tidak bekerja. Jika bonus ketergantungan bisa kita maksimalkan maka 100 orang bekerja menanggung 80 orang tidak bekerja. Jepang sekarang kembali terbebani bukan oleh anak-anak tapi kelompok lansia. Angka dependent ratio di Jepang sangat berat dengan sistem asuransi kesehatan saat ini maka ekonomi Jepang termasuk ringkih (riskan).
Melihat Korea, Jepang, dan China yang penduduknya banyak kelompok tua, maka dapat disimpulkan yang peluangnya paling tinggi adalah Indonesia karena angka dependent ratio Indonesia sebesar 200 juta tenaga kerja yang siap kerja saat negara-negara lain masuk ke kelompok yang banyak lansianya. Tetapi pertanyaan selanjutnya adalah Siapa 200 juta ini? Bagaimana pendidikannya? Bagaimana kesehatannya?, Bagaimana etos kerjanya? Bagaimana semangat berkompetisinya?. Hal-hal ini yang perlu diperhatikan sehingga jangan sampai negara kita masuk dalam demografi disaster.
Output per person
Kanak-kanak dan balita adalah usia golden age/years merupakan 1000 harus pertama kehidupan. Dengan stimulasi pendidikan maka SDM akan berkualitas. Saat ini anak-anak telah terpapar oleh media internet, televisi dan lain-lain yang didalamnya ada hal-hal yang tidak harus disajikan. Sementara sekolah lebih mengutamakan kemampuan kognitif. Berdasarkan data kasus HIV di Indonesia sebanyak 420 ribu kasus, yang terjerat narkoba dan 4 juta sdh adiktif dan sebanyak 800 ribu adalah remaja. Bagaimana agar semua masalah itu tidak terjadi? karakter, akhlak remaja kita belum terbangun (misalnya: tawuran) tugas kita adalah bagaimana kita mengatar mereka? Salah satunya adalah wajib belajar 9 tahun menjadi 12 tahun dan untuk yang pintar akan ada beasiswa. Usia menikah minimal 20 tahun.
Program "generasi berencana" memberikan pendidikan produktivitas sehingga mereka terhindar dari HIV/AIDS. Saat ini, di Indonesia ternyata jumlah anak yang tidak tumbuh dengan baik selama 3 tahun tidak berubah sepertiga anak Indonesia terlambat pertumbuhannya. Apabila pada usia muda kurang gizi maka saat dewasa mengidap penyakit degeneratif. Bagaimana membantu perkembangan otak anak kita? Peran stimulasi menurut Hillary Clinton : diperlukan orang satu wilayah dan semua orang wajib menstimulasi otak anak.
Hasilnya menunjukkan akses saja tidak cukup diperlukan untuk meningkatkan kualitas berpikir. Anak-anak kita selama ini terperangkap dengan menghafal belum kreatif inovatif. Sehingga mutu menjadi masalah baik di bidang matematika ataupun science. Apa yang harus kita lakukan wajib belajar harus menjadi tantangan bersama kita berupaya jangan Drop Out. DPR memberikan beasiswa kepada sejumlah 13,5 juta anak dan total 120 ribu anak dapat beasiswa. Keberhasilan ini dengan melihat pengalaman sejarah masa lalu dengan dukungan pencegahan penyakit oleh IAKMI. Harus tetap ingat dengan burden golden age jangan sampai lalai. Sebanyak 46 juta remaja merupakan sumber daya yang luar biasa dengan kreativitas namun siap tidak kita mendampingi mereka? Ternyata sensus 2010 sebanyak 18 juta usia diatas 60 tahun, di tahun 2050 jumlahnya naik 80 juta orang Indonesia berumur 60 tahun ke atas. Harapan kita mereka bisa menjadi lansia yang peduli dan dapat membantu yang lain. Mereka bisa lebih lama mandiri. Ini adalah salah satu bentuk terimakasih kita dan negara kita Indonesia bermartabat, berkualitas karena masyarakatnya.
Oleh: Jati Untari