Diluncurkan, Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012
Menko Kesra Agung Laksono meluncurkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 pada puncak peringatan Hari Kontrasepsi seDunia, Rabu (25/9).
Peluncuran hasil SDKI 2012 tersebut sekaligus menandai dibukanya akses publik termasuk peneliti dari seluruh dunia untuk bisa mengetahui dan memanfaatkan data kependudukan Indonesia kurun waktu 1987 hingga 2012.
"Ini pertamakalinya Indonesia memberikan akses publik yang luas untuk bisa mengetahui data kependudukan dan profil kesehatan penduduk Indonesia," papar Agung.
Hasil survey tersebut dikatakan Agung memiliki data yang bisa dijamin akurasi dan validitasnya. Sebab survei tersebut benar-benar berbeda dengan hasil survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga politik yang belakangan sangat popular di Indonesia.
"Survei politik cenderung tidak obyektif karena publikasi terhadap hasil survei lebih kepada tujuan untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas tokoh tertentu," katanya.
Karena itu Agung mendukung upaya BKKBN untuk mempublikasikan hasil survei melalui website agar bisa diakses oleh siapapun termasuk pihak asing yang membutuhkan profil kependudukan dan kesehatan Indonesia. Akses publik terhadap hasil survei bisa diunduh melalui www.sdki.bkkbn.go.id .
Diakui Agung, berdasarkan hasil SDKI 2012, Indonesia saat ini menghadapi persoalan kependudukan dan KB yang cukup berat untuk mencapai target rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) tahun 2010-2014.
Persoalan tersebut antara lain tingginya angka kelahiran total (TFR) masih tetap pada angka 2,6 anak per wanita yang berarti tidak ada penurunan dalam kurun 10 tahun terakhir.
Angka fertilitas pada usia remaja juga masih tinggi ditandai dengan ASFR 15-19 tahun sebesar 48 per 1000 wanita. Lalu tingkat kesertaan ber-KB relatif konstan dibanding 5 tahun lalu yaitu 57,9 persen.
Persoalan lainnya adalah penggunaan alat kontrasepsi dalam 5 tahun terakhir ini lebih didominasi oleh cara KB jangka pendek seperti suntik dan pil. Meski kedua metode tersebut dijamin akurasinya tetapi dalam penggunaannya benar-benar membutuhkan tingkat kepatuhan yang tinggi dari peserta KB.
"Pemakaian metode KB jangka panjang hanya sebesar 10,6 persen. Dan ini menjadi pekerjan yang harus kita selesikan dimasa mendatang," lanjut Agung.
Berbagai persoalan dibidang kependudukan dan KB tersebut jelas Agung akan membawa implikasi pada pencapaian MDGs dan penetapan sasaran RPJMN 2015-2019.
Sementara itu Kepala BKKBN Fasli Jalal mengatakan bahwa Indonesia sudah melakukan SDKI untuk ke-7 kalinya. Hal yang istimewa dari SDKI 2012, bahwa petugas survey juga melakukan pendataan tentang angka kematian ibu dan balita, sehingga hasil survey jauh lebih lengkap dan sempurna.
Menurut Fasli hasil SDKI 2012 tersebut menjadi potret lengkap gambaran tentang data kelahiran, kematian, prevalensi program KB dan kesehatan khususnya reproduksi penduduk Indonesia.
SDKI merupakan bagian dari survei serupa yang dilaksanakan di 85 negara di Amerika Latin, Asia, Afrika, dan Timur Tengah untuk memenuhi kebutuhan data dasar berketerbandingan internasional dibidang kependudukan dan kesehatan.
"SDKI 2012 merupakan salah satu sumber data yang sangat penting sebagai basis dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan program kependudukan dan KB serta kesehatan," tandas Fasli.
Hasil SDKI 2012 dipastikan layak untuk menjadi rujukan data kependudukan dunia mengingat dalam proses pelaksanakan survey. BKKBN bekerjasama dengan kementerian Kesehatan, Badan Pusat Statistik dan lembaga-lembaga internasional. (inung/d)
sumber: www.poskotanews.com