Outlook Kebijakan Kesehatan 2021
Rabu, 13 Januari 2021
Sambutan dan Pembukaan
Dr. Andreasta Meliala, dr. DPH., M.Kes, MAS membuka kegiatan ini dengan menyampaikan beberapa hal terkait resilience atau ketahanan. Menurut WHO resilience adalah kemampuan untuk menyerap (absorb) dan menghadapi shock atau benturan yang amat keras, seperti COVID-19 yang telah menghantam sistem kesehatan dengan sangat keras di berbagai daerah.
Tidak hanya absorb, selain itu dibutuhkan kemampuan untuk beradaptasi (adapt), lalu bertransformasi (transform) untuk melihat apakah sistem kesehatan negara cukup atau harus dilaksanakan reformasi. Pertemuan ini cenderung untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan feedback dari pembahas dan juga hadirin.
Arah Kebijakan Penelitian Bidang Kesehatan
Kemudian dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D melengkapi penyampaian Andre mengenai resiliensi kesehatan, dimana dalam tekanan yang begitu tinggi diakibatkan COVID-19 riset kesehatan dapat terus berjalan walau dalam keadaan luar biasa.
Semua tatanan berubah karena keadaan luar biasa tersebut, misalnya untuk meneliti dan menghasilkan sebuah vaksin rerata waktu yang dibutuhkan kurang lebih selama sepuluh tahun. Tidak disangka dalam keadaan pandemi ini dapat dibuat dengan waktu yang lebih singkat yaitu kurang dari satu tahun sudah dapat dikembangkan bahkan siap untuk digunakan. Beberapa riset juga dapat dihasilkan tanpa adanya dana hibah atau dana riset yang posisinya sedang under review.
Di sisi lain terdapat tantangan dari keadaan ini, dimana ethical clearance yang di bypass, kemudian terdapat hasil riset yang ditarik kembali karena tidak solid, beberapa kualitasnya tidak baik karena akar masalahnya banyak peneliti yang tadinya tidak memiliki kemampuan di bidang kesehatan berpindah haluan untuk berkontribusi dalam penyelesaian pandemi COVID-19.
Yodi juga menyampaikan data mengenai jumlah riset yang pada awal pandemi dipimpin oleh China, namun saat kasus COVID-19 merebak di Amerika Serikat jumlah penelitian disalip oleh Amerika Serikat. Meskipun demikian, China dalam beberapa kurun waktu memiliki lembaga pendanaan dan jumlah pendanaan yang lebih banyak dibanding Amerika Serikat. PKMK UGM yang umumnya bekerjasama dengan Australia, juga mulai dapat melebarkan sayap untuk bekerjasama dengan China.
Paparan Penelitian PKMK di tahun 2020
Pada sesi inti peneliti - peneliti PKMK menyampaikan kegiatan penelitian yang telah dilaksanakannya sepanjang 2020. Seperti riset yang dilaksanakan dr. Lutfan mengenai Manajemen Pengetahuan dalam Era Pandemi yang menekankan kepada pengelolaan pengetahuan di perguruan tinggi dan Rumah Sakit. Peran pustakawan di rumah sakit sangat penting misalnya pada penentuan diagnosis saat pandemi COVID-19 kini, namun pada implementasinya masih terkendala dengan manajemen.
Kegiatan yang dilaksankan untuk RS yang telah dilaksanakan untuk mendukung manajemen pengetahuan diantaranya menggelar pelatihan perpustakaan/learning resource center, mengembangkan website Manajemen Covid-19 (manajemencovid.net) dan pengembangan masyarakat praktisi. Harapannya pengetahuan yang ada di RS (sebab RS kaya dengan data) dapat digunakan dan dibagikan kepada pihak yang relevan dan membutuhkan.
Pengalaman riset selanjutnya disampaikan oleh Niluh Putu Eka Andayani, SKM., M.Kes., mengenai Rangkaian Penelitian Surge Capacity. Rangkaian riset ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran menghadapi lonjakan pasien COVID-19 sementara pengetahuan mengenai hal tersebut masih minim. Hal yang ingin dilihat antara lain kesiapan sistem kesehatan dalam menghadapi COVID-19, yang dilaksanakan dalam penelitian payung kemudian juga diteliti dalam 7 topik lainnya antara lain mengenai efektivitas pendanaan, kemudian manajemen logistik dan rantai pasokan kala pandemi, perlindungan hukum bagi nakes yang menangani COVID-19 dan masih ada beberapa lagi.
Hasil yang didapati menunjukkan bahwa dalam skenario modera, sistem kesehatan daerah masih mampu untuk menangani lonjakan tetapi sebaliknya jika skenario pesimis diterapkan maka diprediksi sistem kesehatan daerah tidak mampu untuk menanganinya. Bencana kesehatan non alam membutuhkan penanganan lintas sektor dan keterlibatan masyarakat, sehigga butuh leadership dan sistem komando yang kuat.
Riset mengenai surge capacity tersebut dilanjutkan oleh Madelina Ariani SKM., MPH., yang berfokus pada Tata Kelola Dan SDM Kesehatan dalam Merespon Ancaman Ketahanan Kesehatan berbasis Sistem Komando di DKI Jakarta dan DIY. Hasil temuan menunjukkan bahwa ketahanan kesehatan tidak sepopuler ketahanan pangan.
Penjelasan terkait temuan tersebut dilanjutkan dengan keterkaitan ketahanan kesehatan dengan Hospital Disaster Plan. Setiap rumah sakit wajib memiliki HIDUP, namun untuk saat ini dokumen tersebut belum memiliki fokus untuk bencana yang sifatnya non-alam. Dokumen tersebut yang semestinya fleksibel namun belum terimplementasi dengan baik pada saat bencana non alam seperti COVID-19. Kajian berikutnya yakni mengenai kebutuhan akan SDM Kesehatan yang kompeten dan mampu berkoordinasi antar sektor. Di titik ini perlu disiapkan dari segi pendidikan yang berwawasan kebencanaan, sehingga SDM yang dihasilkan pasca pendidikan tanggap akan bencana.
Peneliti selanjutnya yaitu Gde Yulian Yogadhita, Apt, M.Epid yang mengkaji mengenai dampak PSBB dan Kesiapan Logistik Kesehatan bagi RS. kajian ini ditujukan untuk melihat bagaimana kebijakan pemerintah pusat dan daerah (DKI Jakarta dan DI Yogyakarta) terkait pembatasan sosial berengaruh terhadap kunjungan ke Rumah Sakit. Selain itu kajian ini juga hendak melihat sikap masyarakat dalam menghadapi kebijakan pembatasan sosial dan penekanan laju pertambahan kasus COVID-19 dapat dimanfaatkan untuk menyiapkan surge capacity di sektor kesehatan.
Kesimpulan yang didapat adalah, bahwa ada sekitar 241 regulasi khusus terkait COVID-19 dari kedua wilayah tersebut. Kemudian dampak dari peraturan pembatasan sosial tersebut dapat menekan kunjungan pasien PDP dan konfirmasi positif sehingga tidak terjadi lonjakan ekstrim, hal ini memberikan waktu untuk pemerintah daerah dalam melakukan persiapan dalam memperbaiki maupun meningkatkan surge capacity layanan kesehatan.
“Unduh materi”
Sesi Pembahasan
Setelah para peneliti menyampaikan agenda penelitian yang telah dilaksanakan selama setahun belakangan, pada sesi berikutnya para pembahas memberikan umpan balik terhadap penelitian tersebut. Dra. Sri Sunarti Purwaningisih, MA menuturkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh PKMK dapat mengisi kekosongan dalam pengelolaan pengetahuan mengenai COVID-19 yang bermanfaat untuk banyak pihak dan hasilnya dapat dirujuk oleh pihak yang membutuhkan.
Hal yang perlu diperkuat adalah kolaborasi, baik kolaborasi dengan pendidikan tinggi, kemudian media dan pelaku industri, serta LSM dengan pendekatan pentahelix. PKMK telah menjadi anggota konsorsium yang aktif dengan LIPI, dalam pembuatan Policy Paper namun diharapkan tidak berhenti disitu saja. Kemudian dr. Kunjoro menyampaikan feedback dari sudut pandang PERSI, bahwa peran perpustakaan umumnya merupakan bagian pinggir dari Rumah Sakit yang sebetulnya memiliki peranan yang penting, akan semakin baik jika konsep pendayagunaan perpustakaan ini applicable bagi institusi rumah sakit. Hal ini merupakan continuum of care sehingga di segala sisi harus memiliki perubahan mindset yang kuat. Kemudian mengenai kerangka manajemen risiko yang bisa mencontoh dari Victoria yang memiliki clinical government rules.
Berbicara mengenai kesiapan RS dalam menghadapi pandemi, bisa dikatakan bahwa saat ini belum siap. Sistem komando tidak mudah untuk dilaksanakan pada semua tempat, harus dipikirkan bagaimana aplikatif di wilayah tertentu seperti di bagian timur Indonesia. Kemudian Dr. Widiana K. Agustin, MKM menjelaskan bahwa peran PKMK sebagai mitra Pusat Krisis Kemenkes telah berkontribusi dalam penelitian mengenai bencana kesehatan. Menurutnya, COVID-19 merupakan bencana kesehatan yang menjadi tamparan keras terutama untuk manajemen bencana yang telah dilaksanakan karena belum bisa mengatasi bencana non-alam. Sistem Kesehatan perlu perbaikan di beberapa sektor dengan model pentahelix sebagai metodenya maka dapat dilaksanakan bersama-sama. Highlight yang diberikan oleh Widiana adalah mengenai pola perilaku relaksasi dan PSBB, menurutnya hal ini perlu diteliti mengapa tingkat COVID-19 bisa ditekan ketika PSBB sementara saat relaksasi diberlakukan cenderung naik kembali.
Paparan Penelitian PKMK di tahun 2020
setelah coffeebreak pembahasan dilanjutkan oleh drg. Puti Aulia Rahma MPH mengenai Penguatan Kolaborasi Lintas Sektor dalam Upaya Pengendalan Fraud Layanan Kesehatan. selain memaparkan hasil penelitian, Puti juga menunjukkan beberapat data yang terkait dengan fraud. Trend fraud layanan kesehatan makin tahun makin meningkat, walau besarannya tidak sebesar di sektor migas. Keadaan pandemi seperti saat ini merupakan waktu yang rentan karena pelaku fraud semakin memanfaatkan kesempatan untuk melaksanakan perbuatan curang. Supaya hal ini dapat dicegah maka dibutuhkan kolaborasi, dan kolaborasi tersebut menimbulkan banyak manfaat. Diantaranya percepatan proses penemuan kasus, pengurangan biaya kesehatan yang turun dan hilang akibat fraud.
Paparan berikutnya disampaikan oleh Sandra Frans, dr., MPH., yang meneliti mengenai Penguatan Imunisasi di Wilayah Kumuh dengan metode Human Centered Design. Riset ini dilaksanakan secara tatap muka, karena metodenya yang tidak memungkinkan untuk daring. Berlokasi di Makassar, Sandra berusaha melibatkan pemerintah desa untuk berperan dalam edukasi maupun pelaksanaan Imunisasi. Hal ini disebabkan karena ibu - ibu kader lokal merasa bahwa keterlibatan pemerintah setempat masih rendah, setidaknya tercakup 14% yang telah menerima konseling. Lurah direkomendasikan sebagai manager supaya dapat aktif dalam Posyandu.
Sementara itu Relmbuss Biljers Fanda, SKM., MPH., melanjutkan paparan mengenai atur ulang kebijakan Pembatasan Minuman Berpemanis (Sugar Sweetened Beverages). Relmbuss menekankan inisiasi yang dilakukan oleh tim peneliti yang merupakan kelompok milenial, karena kelompok ini adalah target utama dari penjualan produk SSB. Upaya yang telah dilakukannya antara lain menyusun policy brief, penyelenggaraan dialog kebijakan, memperkuat koalisi yang sudah ada maupun yang sedang akan terjalin. Pada 2021 rencana yang akan diwujudkan adalah melanjutkan program mentoring untuk fellows yang terpilih, merilis ringkasan dialog kebijakan. Menurutnya dampak yang terjadi setelah dilaksanakan inisiasi ini adalah turunnya biaya perawatan PTM dan peningkatan produktivitas.
Setelah topik mengenai SSB, dilanjutkan dengan topik mengenai Pelaksanaan AMP efektif dengan 10 Langkah yang berstudi kasus di Kab. Tegal, Banyumas dan Grobogan oleh Andianti Yulianti, MPH. Kualitas Audit Maternal Perinatal dirasa perlu perbaikan, karena setiap kali muncul pertanyaan mengenai penyebab kematian jawabannya selalu sama. Melalui metode ini Andri menyebutkan bahwa ketiga Kabupaten tersebut siap untuk melaksanakan implementasi AMP efektif dengan 10 langkah. Kemudian masing - masing perwakilan dari peserta workshop akan melakukan sosialisasi internal di masing - masing faskes, Kemudian melanjutkan pengkajian kasus, mulai dari Identifikasi Masalah, Analisa Data, Penggalian Akar Masalah dan Pencarian Penyelesaian Masalah. Dilanjutkan dengan pemetaan rekomendasi yang diawali dari pengelompokan rekomendasi, menyusun skala prioritas, menyusun program dan anggaran hingga menyusun POA.
Topik selanjutnya yakni Penguatan Kapasitas SDM Kesehatan melalui Pendekatan Online Learning terhadap Pengembangan Online Learning Mikroskopis Dasar Malaria oleh dr. Guardian Sanjaya, MHlthInfo. Menurut Gugu tantangan yang dihadapi dalam penggunaan e-Learning adalah kurangnya interaksi tatap muka, tingginya tingkat dropout, kemudian kurangnya akuntabilitas dari pelajar dan pengajar dan kurangnya aktivitas hands-on. Sementara itu dari sudut pandang sosio-kultural terdapat tantangan berupa teknologi yang kurang dapat dimanfaatkan, karakter tutor yang mismatched, dan kurangnya budaya, organisasi, dan dukungan informasi serta teknologi. Dari segi teknologi sendiri, interfaces yang digunakan kadang tidak ramah, terdapat masalah aksesibiltas dan kurangnya literasi digital.
Topik selanjutnya disampaikan oleh Yos Hendra SE., MM., mengenai Assesment Manajemen dan Analisa Laporan Keuangan. Yos mengungkapkan bahwa pada masa pandemi ini analisa keuangan terkait cash flow sangat diperlukan untuk kelangsungan organisasi, kemudian brainware masih diperlukan pada saat penyusunan laporan keuangan sehingga tidak bergantung sepenuhnya pada sistem yang disusun, serta RS yang didukung oleh Sistem Teknologi Informasi yang dibuat menyesuaikan kebutuhan RS.
Sesi Pembahasan
dr. Kirana Pritasari, MQIH., menyampaikan bahwa dari topik fraud pentingnya penggunaan hasil review/feedbackdari BPJS dan akademisi untuk pemberi layanan, sebab pada praktiknya dijelaskan fraud apa yang dilakukan, namun dalam pelaksanaannya tidak memahami sepenuhnya fraud tersebut. Selain itu, penting bagi regulator untuk mendapatkan akses data fraud untuk meningkatkan kapasitas penanganan fraud. Kemudian Dewi Amila S, memberikan tanggapan terhadap riset yang telah dilaksanakan PKMK.
Pada topik mengenai fraud perlu dijelaskan lebih lanjut mengenai perkembangan kondisi fraud dan upaya pengendaliannya, kemudian soal independensi dan totalitas. Pada topik SSB, Amila mengungkapkan bahwa dalam RPJMN 2020 - 2024 terdapat strategi untuk mencegah dan mengendalikan faktor risiko penyakit serta pembudayaan perilaku hidup sehat melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Lalu pada topik Imunisasi, Amila memberikan rekomendasi perbaikan imunisasi dengan cara pengembangan konsep public-private, kemudian registry imunisasi (perbaikan data rutin), strategi komunikasi efektif, strategi delivery imunisasi di daerah sulit akses yankes.
Materi presentasi dan video dapat diakses pada link berikut klik disini
Reporter: Eurica Stefany Wijaya