Clinical and Economic Burden of Drug-Susceptible Tuberculosis in Indonesia
Sebuah studi dilakukan untuk menilai karakteristik, tren, dan beban ekonomi dari kasus tuberkulosis yang rentan terhadap obat yang terdaftar dalam sistem ini dari 2017 hingga 2019. Peneliti melakukan penelitian cross-sectional selama bertahun-tahun yang berfokus pada kasus-kasus yang diberitahukan tentang tuberkulosis yang rentan terhadap obat, kejadian, distribusi kasus tuberkulosis secara geografis, hasil pengobatan, dan biaya di Indonesia menggunakan data dari Sistem Informasi Tuberkulosis (2017–2019).
Hasilnya, temuan antara 2017 dan 2019, kasus yang dilaporkan meningkat dari 429.219 menjadi 523.614 individu, sesuai dengan peningkatan insiden dari 167 kasus menjadi 196 kasus per 100.000. Pada 2019, lebih dari 250 kasus per 100.000 penduduk diberi informasi di Jakarta, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Papua. Tingkat keberhasilan pengobatan meningkat dari 363.098 (84,60%) dari 429.219 pada 2017 menjadi 452.966 (86,51%) dari 523.614 pada 2019, dengan mortalitas yang relatif stabil, berubah dari 3,15% menjadi 3,05%. Status HIV semakin dikonfirmasi, dengan penurunan status yang tidak diketahui dari 66,21% menjadi 43,68%. Biaya kunjungan dan pemantauan serta rejimen obat relatif stabil, dengan total langsung biaya medis sedikit meningkat dari US$39,40 menjadi $40,40 per kasus. Kemajuan telah dicapai dalam penatalaksanaan tuberkulosis yang rentan terhadap obat di Indonesia. Namun, upaya lanjutan yang intensif, termasuk penemuan kasus, optimalisasi diagnosis, dan penatalaksanaan tuberkulosis yang hemat biaya diperlukan jika Indonesia ingin mencapai target WHO End Tuberculosis Strategy 2025 insiden kurang dari 55 kasus per 100.000 orang.